Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa Kenal Soewoko?

19 Maret 2022   22:00 Diperbarui: 19 Maret 2022   22:05 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Soewoko (wikimapia)

Siapa kenal dengan Sowoko? Seorang kadet atau tentara Republik yang terkenal sebagai pahlawan kota Lamongan. Walau berasal dari kota Malang, beliau dianggap sebagai pejuang yang berkontribusi penting bagi sejarah kota Lamongan.

Kala itu di Desa Gumantuk, Sekaran, Lamongan, menjadi saksi dari perjuangan Soewoko ketika menghadang tentara Belanda. Peristiwa heroik yang membuat siapapun tentu takjub mendengarnya. Dimana 7 orang pejuang Republik berhadapan dengan kurang lebih 37 tentara Belanda reguler, yang tentu saja ahli dalam bertempur.

Berbeda dengan para pejuang, hanya dengan berbekal senjata ala kadarnya peninggalan Jepang, mereka berani menghadapi pasukan Belanda. Tidak sekedar mampu memberikan contoh berarti bagi para pejuang lainnya. Aksi heroik yang dilakukan bersama rekan-rekan perjuangan lainnya, sudah seharusnya dapat terus dikenang hingga nanti.

Hari itu, di Minggu pagi, Soewoko mendengar kabar bahwa tentara Belanda tengah memasuki Lamongan dengan kekuatan bersenjata lengkapnya. Dimana salah satu truk yang mengangkut para tentara Belanda tersebut, terperosok pada sebuah parit di desa Parigan, kecamatan Maduran.

Sepakat untuk melakukan penyergapan, pasukan Soewoko kemudian mengendap mendekati lokasi pasukan Belanda. Hingga sampai jarak tembak akurat, maka terdengarlah letusan senapan Arisaka dari para pejuang. Pasukan Soewoko menyerang dengan gencar posisi pasukan Belanda. Tetapi, hal itu justru memancing pasukan Belanda lainnya yang berada di sekitar lokasi pertempuran.

Semangat perjuangan yang tinggi, tidak sekalipun menyurutkan niat mereka untuk menghentikan penyerangan siang itu. Hingga tanpa disadari posisi para pejuang tengah dalam kondisi dikepung oleh pasukan bantuan Belanda yang hadir dari berbagai arah.

Menyadari hal itu, Soewoko lantas memerintahkan pasukannya untuk mundur dari medan laga. Walau pengepungan telah memakan korban dari teman-teman seperjuangannya, Soewoko tetap mencoba untuk dapat terus memberikan perlawanan. Mereka mencoba menyusur ke arah desa Gumnatuk, tetapi keberuntungan tidak berpihak pada Soewoko bersama beberapa rekan seperjuangannya siang itu.

Pejuang atas nama Widodo, Kaery, dan Lasiban, telah gugur ketika melakukan gerak mundur. Begitu pula dengan Soewoko, dengan luka tembak di kedua bahunya, ia tidak lantas mau menyerah begitu saja kepada Belanda. Apapun ia upayakan untuk terus memberikan perlawanan. Kata-kata terakhir yang terdengar oleh rekan seperjuangan lainnya hanyalah "Saya tidak mau menyerah, bunuh saya!".

Kedua rekan lainnya yang berhasil selamat kemudian menyebarkan kabar pertempuran Lamongan ini kepada unit-unit pejuang lainnya. Aksi heroik Soewoko tentu saja membangkitkan moril para pejuang yang ada di sekitar Lamongan. Jenazah para pejuang yang gugur, kemudian dimakamkan oleh warga sekitar di desa Gumantuk, dan kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Lamongan.

Atas aksi heroiknya, pada tahun 1975, pemerintah setempat mengabadikan perjuangannya dengan mendirikan tugu di area masuk kota Lamongan. Tentu demi menjaga semangat kepahlawanan para pejuang di masa lalu. Agar tetap dapat dijadikan tauladan bagi generasi saat ini dan nanti. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun