Semangat Juang Hingga Akhir Hayat
Sikap Belanda dalam memperlakukan secara buruk jenazah suaminya, membuatnya semakin geram. Semangat bertempurnya tidak lain atas dasar rasa cinta yang bangkit dari gugurnya seorang pejuang. Ia laksana kilat yang menyambar, ketika pada suatu pengepungan terjadi di Sorolangun.
Pasukan Belanda tunggang langgang dihabisi oleh pasukannya. Melihat sepak terjangnya, Belanda lantas mendatangkan bala bantuan dari luar Jambi untuk mengakhiri perlawanannya. Suatu waktu pasukan Haji Umar yang mengetahui upaya penyergapan Ratumas Sina memberi kabar untuk kembali ke Kerinci.
Oleh Haju Umar, Ratumas Sina hanya boleh melakukan serangan kepada satuan-satuan kecil Belanda. Sehingga mampu mengembalikan kekuatan pasukannya yang sudah mulai berkurang selama melakukan pertempuran.
Masa perjuangannya terbilang cukup panjang. Hingga suatu saat ia berhasil ditangkap oleh Belanda, dan dibuang ke Lumajang. Rasa cintanya terhadap perjuangan menentang kolonialisme ini tentu tidak dapat dilupakan begitu saja. Ia wafat di usia 80 tahun tatkala Indonesia sudah merdeka.
Sebuah kisah inspiratif telah ia torehkan pada sejarah Indonesia. Namanya abadi sebagai simbol pejuang perempuan termuda saat ini. Ya, ia berani mengikrarkan diri untuk menentang Belanda saat usianya masih 13 tahun. Suatu sikap yang sangat berani dan harus memberikan arti bagi generasi saat ini.
Sang Ratu Perang dari Kerinci itu memiliki kekuatan cinta yang abadi. Atas dasar cinta, ia angkat senjata menentang Belanda. Atas dasar harapan, ia berjuang demi bangsa Indonesia, untuk merdeka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI