Mohon tunggu...
Hendra Fahrizal
Hendra Fahrizal Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Certified Filmmaker and Script Writer.

Hendra Fahrizal, berdomisli di Banda Aceh. IG : @hendra_fahrizal Email : hendrafahrizal@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Bawah Tempat Kita Duduk Ada Kuburan!

12 Oktober 2023   20:58 Diperbarui: 12 Oktober 2023   21:02 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan ini belum pernah saya dengar.

Apa itu?

Nanti dulu. Saya mau cerita dulu.

Di Aceh, tempat saya tinggal, nisan-nisan tertua yang  ditemukan tercatat pada abad ke-13 atau tahun 1200-an. Nisan tersebut berbentuk plang-pling, berbentuk mengerucut ke puncak dan bisa ditemukan di perbukitan Lamuri di Krueng Raya, Aceh Besar, sektiar 35 kilometer dari Banda Aceh. Saya sudah beberapa kali kesana untuk riset.

Nisan sejenis itu tidak banyak. Nisan berukir indah itu tentu tergolong mewah pada masanya. Jadi hanya orang-orang tertentu yang dapat memiliki mahakarya pahat itu di pembaringan abadinya. Salah satu makam dengan pahatan terindah adalah milik Sultanah Nahrasiyah, yang oleh Snouck Hurgronje, disebut sebagai makam terindah se-Asia Tenggara.

Nah, kalau disebut, makam di Lamuri adalah yang tertua (ada 170 makam dengan nisan berukir terhampar di area perbukitan tersebut), pertanyaannya, untuk makam-makam masyarakat sebelum itu, makamnya dimana?

Tentu sebelum abad ke-13 sudah ada manusia kan. Di Mendale saja, pernah ditemukan kerangka yang oleh arkeolog disebut berusia 8000 tahun. Nah, bumi, di usianya yang katanya sudah 2 milyar tahun, tentu sudah meriwayatkan banyak perjalanan hidup jutaan (atau mungkin milyaran manusia) pada rentang usia 2 milyar tahun itu hingga abad ke-13. Pada tahun 1.300-1.400, jumlah populasi dunia yang tercatat sudah 300 juta jiwa. Pada tahun itu Islam sudah masuk dan jenazah mulai dikuburkan (mungkin sebelumnya bisa saja dibakar karena kita masih berpengaruh Hindu-Budha), sehingga tentu harus ada letak makamnya.  

Pertanyaan yang tadi saya tunda adalah,  dimana letak makam orang-orang pada masa lampau ini? Kok tidak ada?

Jawabannya, dimana-mana. Hanya saja, mereka yang bukan tokoh ini hanya diberi tanda batu sungai setinggi jengkal tangan. Tanda batu seperti ini mudah hilang. Karena banjir, longsor, tsunami, bergeser atau tak lagi dianggap kuburan, tapi hanya dianggap hanya batu sembarang saja. Sehingga kemudian, banyak pertapakan yang sebenarnya makam, tak lagi dianggap makam karena tak ada jejaknya. Lalu seiring pergeseran masa, kemudian pertapakan itu jadi jalan, rumah, kebun, kantor, lapangan sepakbola atau apapun.

Jadi kalau ada orang seram sama kuburan, ya tentu saja dia harus cek-cek lagi rumahnya, jangan-jangan dulunya ada yang dimakamkan dibawah tempat dudukmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun