Pemimpin daerah yg baik adalah mereka yang problem-solved.
 Saat saya berkunjung ke Pariaman --membuat film dokumenter tentang penyu-- kota itu punya cara mengantisipasi penjualan telur penyu yang marak di daerah lain. Pemecahannya sederhana, Pemko Pariaman membeli semua telur penyu yang diperoleh masyarakat (nelayan). Lalu telur ditangkar dan dibikin lokasi konservasi dan menjadi objek ekowisata yang didatangi hingga 30 negara, karena mereka bisa melihat tukik (bayi penyu) menetas setiap hari, karena telur diperoleh setiap hari. Membeli telur penyu tak begitu signifikan dalam mengeluarkan anggaran, malah kebalikannya, menghasilkan manfaat yang besar, penyu lestari, bertambah 1 objek wisata, kehidupan nelayan lebih baik dan penduduk sekitar bisa berjualan untuk turis.
 Aceh, bagaimana? Apakah ada pemimpin yang problem-solved? Saya rasa saya punya jawabannya, sebuah kutipan tweet saya setahun lalu di sosmed sebelah, "Jangankan memecahkan masalah yang sudah ada, Aceh malah dihadapkan dengan masalah ciptaan mereka sendiri."