Dengan kalahnya Ahok, pintu untuk melakukan makar skenario pertama telah tertutup. Apalagi jika akhirnya pengadilan menjatuhkan hukuman pada Ahok. Isu apalagi yang ingin dimainkan? Menunggu hingga 2019 bukan waktu yang ringkas bagi kelompok ini. Meski begitu, ada satu isu yang dari kemarin-kemarin tetap dipelihara yakni: bangkitnya PKI baru.
Tetapi bagi FPI, isu ini sebenarnya ahistoris. Agak sulit bagi jamaah dan pengikut FPI untuk mengikuti propaganda anti PKI. Berbeda halnya dulu Banser NU yang jelas-jelas dibentuk untuk melawan aksi sepihak PKI. Banser NU tidak bisa dianggap sebagai “alat” dari kekuatan angkatan darat saat itu sebab secara historis, memang terjadi pertempuran antara Banser NU dengan underbouw PKI saat itu.
Oleh karena itu saya tidak mempersoalkan siapa pemenang Pilkada DKI Jakarta: Anies Baswedan. Karena tidak ada pengaruh atau perubahan apapun dalam konteks gerakan politik nasional. Apakah kemudian DKI Jakarta akan menerapkan Syariah Islam seperti Aceh? Mimpi. Jargon-jargon itu hanya propaganda. Atau apakah Anies lebih baik atau lebih buruk dalam menata pemerintahan di Jakarta, saya tidak akan mengulasnya dalam tulisan ini.
Yang saya syukuri, Ahok telah kalah. Dan saat ini juga, agenda makar kelompok barisan sakit hati pada pemerintahan Jokowi, akan sedikit tertunda. Kemarahan massal yang dibakar oleh seruan propaganda yang massif selama ini disurutkan. Tapi apakah “kemarahan massal” bisa berbalik kepada kelompok pro Ahok? Marah mungkin saya, tapi marah yang kemudian termobilisasi dan menjadi amuk yang terorganisir nampaknya sulit terjadi.
Posisi politik saya. Saya bukan pendukung Anies atau Ahok. Terlebih saya bukan penduduk DKI Jakarta yang punya hak pilih. Meskipun saya memilih Jokowi sebagai Presiden pada 2014, saya bukan bagian dari simpatisan dan partisan. Yang saya cemaskan adalah adanya bibit-bibit kebangkitan Orde Baru dan kroninya serta agen-agen Trump di Indonesia dengan memperalat umat Islam untuk melakukan goncangan.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H