Covid 19 , Wabah yang sudah menginfeksi lebih dari 190.000.000 jiwa penduduk di dunia , dengan korban meninggal dunia  4.140.000 jiwa. Membuat kondisi dari berbagai aspek terguncang, Ekonomi, Sosial, Keamanan , Politik , hampir semuanya mengalami dampaknya. Angka diatas tidak sefantastis angka korban jiwa flu spanyol, yang mengguncang dunia tahun 1918. Namun sudah cukup membuat seisi dunia kembali untuk diam dan menahan diri, membiarkan alam semesta ini memulihkan kondisi yang sudah rusak lebih dari satu dekade.
Indonesia tidak luput dari wabah ini, melansir dari data satgas Covid 19 , hingga Jumat (23/7) ada tambahan 49.071 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia. Sehingga total menjadi 3.082.410 kasus positif Corona. Sementara itu, jumlah yang sembuh dari kasus Corona bertambah 38.988 orang sehingga menjadi sebanyak 2.431.911 orang.Sedangkan jumlah orang yang meninggal akibat virus Corona di Indonesia bertambah 1.566 orang menjadi sebanyak 80.598 orang. Situasi pandemi yang terus berlanjut hingga saat ini, menjadi salah satu pemicu dari bangkitnya kembali jiwa gotong royong dan solidaritas di semua lapisan masyarakat. Semua elemen masyarakat saling bekerja sama dalam upaya mengendalikan wabah ini, jika ada ada yang sebelumnya tidak percaya dengan wabah ini, satu per satu dari mereka sudah mulai membuka mata bahwa Covid 19 Â ini nyata.
Semangat dari kebersamaan untuk terus bersama-sama memperbaiki kondisi bangsa ini, tidak lepas dari Social Capital. Dari tingkat yang paling bawah sekalipun, semua sudah bergerak. Apakah Social Capital itu? Social Capital menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat.
Robert Putnam (1993) mendefinisikan sebagai suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Social Capital di definisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang mendorong sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama.
Pierre Bourdieu (1970) mendefinisikan sebagai sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik, atau keanggotaan dalam kelompok sosial yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif.
Salah satu contohnya adalah "Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo" kota Surabaya, sebuah gerakan sosial yang juga diadopsi oleh daerah lain. Sebagai bentuk gerakan kepedulian terhadap sesama dilingkungan yang terpapar Covid 19. Dari satu komando wali kota Tri Risma Harini saat itu, untuk mengaktifkan gerakan ini sampai dilevel RT dan RW. Di sebuah daerah jika ada yang terkonfirmasi Covid 19, maka yang bersangkutan harus mengkarantina diri dan anggota keluarga lainya selama 14 hari. Selama proses karantina, ketua RT mengorganisir warga lainnya untuk membantu memenuhi warga tersebut. Mulai dari kebutuhan pokok rumah tangga, obat-obatan dan vitamin. Dengan harapan warga yang dikarantina tidak perlu keluar rumah, sehingga dapat menghindari menularkan pada orang lain. Tidak hanya berhenti disana, para penyintas juga memilki kesadaran tinggi untuk membantu mereka yang terpapar dengan mendonorkan plasma darahnya, yang sangat membantu dalam proses penyembuhan. Bentuk kepedulian warga juga semakin tinggi, dengan bergesernya anggapan bahwa Covid 19 adalah Aib. Masyarakat sudah sangat sadar bahwa salah satu aspek kesembuhan adalah semangat, dan rasa bahagia. Â
Kepercayaan, norma yang disepakati bersama, dan jaringan sosial menjadi unsur utama dari social capital. Solidaritas masyarakat menjadi faktor penting dalam social capital untuk bersama-sama melawan Covid 19. Dimana figur seorang pemimpin yang mendapat kepercayaan lebih dari publik, mampu menggerakkan secara masif masyarakatnya. Dengan norma sosial yang dijunjung tinggi oleh sebagian besar masyarakat, menjadi dasar dalam bentuk kepedulian terhadap sesama. Jaringan sosial yang kuat, beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya.
Hendra Saputra_Mahasiswa Universitas Siber Asia
Sumber :Â
https://agricsoc.faperta.ugm.ac.id/2018/10/10/social-capital-di-daerah-pedesaan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Modal_sosial