DEMOKRASI (KEDAULATAN RAKYAT HANYA SAMPAI JAM 12.00)
Hari ini segenap aktivitas bangsa indonesia di sibukkan pada TPS setempat untuk menentukan wakil-wakil rakyat dan hari ini pula gema demokrasi di pertajam untuk mengembalikan kedaulatan rakyat sampai jam 12.00, bila lewat dari pada itu mohon maaf rakyat tidak berdaulat lagi dan apakah pemilu adalah alat untuk menina bobokkan rakyat akan kemiskinan ? serta setelah pesta demokrasi kembali usai para buruh tani, nelayan dan kaum buruh harian harus mendapati diri mereka kembali dalam keadaan upah tak layak di tambah penaikan harga sembako untuk mengembalikan modal pemenang pemilu, karena telah banyak mengeluarkan dana untuk kampanye. Lagi pula rakyat yang dinyatakan berdaulat hari ini tapi kedaulatannya hanya bertahan sampai jam 12.00 setelah itu maka kedaulatan rakyat kembali di kurung, lalu apa arti demokrasi yang kita jalani hari ini ?, hanya yang berkepentingan yang tahu dan tuhan selain dari pada itu hanya menjadi gaib.
Bangsa ini memang tidak salah dalam memilih proses berdemokrasi tapi yang menjadi masalah adalah hasil dari demokrasi cendrung bukan reprentasi keikhlasan masyarakat untuk terwakilkan oleh yang terpilih, tapi yang ada hanya reprentasi dari kemenangan demokrasi melalui jalan kecurangan hingga, hakikat kemenangan dalam pesta demokrasi di tentukan oleh banyak kasus yang ditangani MK setelah pemilu, jadi ketika kita ingin mengucapkan selamat bagi pemenangan pemilu maka ucapan selamat yang cocok atau yang pas adalah selamat menunggu gugatan dari MK yang di perkarakan oleh lawan politik. Lalu kalau ditanya apa hasil dari demokrasi ini maka tiada jawaban yang sesuai sebab yang menang adalah menang dana dan yang kalah adalah kalah dana. Sudah beberapa tahun kita mencoba menjadi negara demokrasi tapi yang ada hanya sebuah ilusi dari khayalan kita tentang apa yang ideal di negara orang tapi di negeri ini belum tentu ideal, sebab secara kultur negara ini tidak mengenal demokrasi sebagaimana di barat tapi kultur pemerintahan di negara ini yang ada dan dipraktekkan selama ini adalah pemerintahan dengan berbasis kerajaan, oleh karena itu perlu modifikasi sesungguhnya bila kita ingin mempraktekkan demokrasi di negeri ini, sebab demokrasi merupakan barang baru ketimbang cara pemerintahan kerajaan dan inilah solusi yang perlu kita pikirkan bersama sebab bukan sistem yang menjadi masalah tapi apakah mau atau tidak kita berbuat untuk negeri ini ?, itu adalah poin utama yang mesti kita perhatikan secara bersama-sama sebab apalah arti sistem kalau hanya menjadi alat transaksi kekuasaan belaka tanpa ada nilai yang riil untuk kemajuan bangsa ini.
Kita tentu ingin belajar bernegara yang secara yang amat bijak sebab hari ini dengan hari esok jelas adalah gambaran yang akan mewarnai hari-hari kedepan yang akan kita jalani sebagai bangsa, politik jelas amat di perlukan untuk mengelola bangsa ini dengan begitu amatlah wajar kalau kita berharap orang-orang yang mengelola bangsa ini memiliki kesadaran untuk memajukan dan mensejahtrakan bangsa ini dan kalau ini sudah menjadi bagian kesadaran kita maka kekayaan bangsa yang mana yang tidak dapat kita kelola dengan baik, bangsa ini kaya sehingga perlu kesadaran berpikir yang jelas untuk menata ke depan sebab hanya dengan jalan itu kita dapat merasakan kekayaan negeri ini. Berpolitik yang mengedepankan kepentingan bangsa amat jelas kita perlukan sebab kita yang punya minyak kenapa harga minyak tinggi ?, dimana letak kesalahannya jelas bukan kesalahan siapa-siapa tapi ada pada bangsa kita sendiri. Oleh, karena itu kedaulatan rakyat memang sangatlah jelas untuk menjadi kontron roda pemerintahan tapi mengapa rakyat tidak berdaya menghadapi wakil-wakilnya untuk memperjuangkan kepentingannya ?, sungguh negeri ini masih perlu memahami apa arti demokrasi untuk rakyat ?, apakah demokrasi hanya untuk melayani kepentingan golongan dan persaingan antar partai jelas kita masih perlu bertanya untuk hal ini, supaya mengapa bisa terjadi seperti ini di bangsa yang kaya ?, terkenal sebagai bangsa pengutang tapi mengapa kita yang kaya tidak dapat melunasi utang ?, lalu apa arti kekayaan negeri ini apabila kita tidak dapat menikmatinya. Semua orang hari ini mencoba berharap pada pemilu kali ini tapi harapan kita harus realistis sebab kita sama-sama harus menanggung beban kekecewaan yang amat berarti padahal demokrasi adalah semangat keterwakilan bukan semangat kepentingan golongan menguasai kekayaan bangsa ini, lalu pertanyaannya sampai kapan kita mempertahankan status quo seperti ini kalau jelas arah dan hasilnya amat tidak pro rakyat sehingga kita harus belajar sama-sama untuk kecewa pada demokrasi untuk kesekian kalinya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H