Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perang Israel vs Palestina di Sana, di Sini Ribut Berebut Apa?

28 November 2023   16:05 Diperbarui: 28 November 2023   16:05 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Palestina dan Israel di pintu pemeriksaan Beit Jala, Tepi Barat YordanFoto: PATRICK BAZ/AFP/Getty Images

Perang Israel versus Palestina... hmmm benarkah?
Nyatanya, presiden Palestina sendiri tak mau mengakuinya
Hamas memang secara langsung terlibat dalam konflik bersenjata  
Tapi ia tidak mewakili seluruh entitas negeri berbentuk  republik parlementer ini
Jadi tepatnya, ini adalah perang Israel dengan kelompok Hamas

Mengapa konflik teritorial di sana menjadi isu konflik agama di sini...?
Ah, warga negeri +62 benar-benar kacau alam pikirnya
Mengapa ketika Israel menyerang wilayah Palestina, pada ribut mempersoalkannya
Namun tatkala terjadi sebaliknya, semua pendukung seakan bergembira menyambutnya
Ada apakah gerangan?

Solidaritas kemanusiaan ataukah sentimentil keagamaan?
Benarkah sedang membela kemanusiaan?
Para korban jelas bukan hanya di satu pihak semata
Pada kedua negara yang bertikai, warganegaranya sama-sama menjadi korban
Mengapa menjadi berbeda sudut pandangnya?

Mengapa tak serta merta berkoar-koar "stop peperangan" saat insiden dimulai
Kepada kedua negara yang sedang berkonflik
Bukankah itu lebih adil dan tak berpihak
Sesuai kebijakan negara yang berprinsip "bebas akif"
Mengusahakan perdamaian bagi negara-negara yang sedang diliputi perang

Apa gunanya membela mati-matian persoalan luar negeri
Sementara adanya korban intimidasi dan persekusi di negeri sendiri seperti menutup mata
Seakan membenarkan peribahasa lama yang sudah diajarkan
"Kuman di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak kelihatan"
Politik macam apa yang sedang dijalankan begini?!

Bolehlah mengusahakan perdamaian bagi dunia
Tapi jangan lupa pada keadaan riil yang terjadi di negeri sendiri
Ketika kepongahan atas nama "Mayoritas" menekan "Minoritas" terus dikumandangkan
Ketika rasa keadilan justru berpihak pada mereka yang merusak tatanan aturan
Di sanalah sejatinya bara api kebencian sedang dipelihara

Kita tak tahu kapan sumbu itu akan menyala dan terus terbakar
Meluluhlantakkan kebhinnekaan yang coba terus dibangun
Oleh mereka yang mencintai keberbedaan negeri yang mahakaya ini
Ayolah... lebih bijaklah untuk memahami persoalan yang ada
Jangan sampai isu SARA menjadi alat perusak kedamaian bangsa

Sudahilah sentimentil keagamaan yang dibumbui rasa solidaritas kemanusiaan
Lihatlah negeri sendiri, yang juga membutuhkan sentuhan rasa yang sama
Jangan terus melakukan ketimpangan hukum yang benar
Jangan sampai hukum mandul hanya karena desakan aksi massa yang bersuara
Silent majority juga punya hak dan kedudukan yang sama

Apa gunanya berselisih paham soal dukung-mendukung
Hingga jatuh korban sia-sia tak berguna
Hukum perang tak mengenal belas kasihan
Perang akan berakhir jika ada pihak yang kalah atau saling mengalah
Civis pacem parabellum

                                                                                                  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun