Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Negeri Katanya Rukun dan Indah (NKRI)

29 April 2022   18:30 Diperbarui: 29 April 2022   18:33 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar menghargai indahnya perbedaan (foto dok. Sekolah HighScope Indonesia via kompas.com)

Katanya ini bulan penuh rahmat
Tapi kenapa kau malah berkhianat
Berkhianat pada konstitusi yang sudah memberikan amanat
Bahwa ada jaminan perlindungan hak yang sama bagi semua umat

Katanya ini bulan penuh ampunan
Tapi kelakuanmu sama sekali tak mencerminkan
Tindak tandukmu malah menjadi ancaman
Ancaman terhadap cita-cita kebhinnekaan

Katanya ini negeri yang rukun
Tapi sampai-sampai perlu dibuat yang namanya lembaga kerukunan
Tapi sayang kerukunan yang kauciptakan itu semu
Kau hanya memperhatikan mereka yang getol bersuara
Tapi terhadap mereka yang menjadi pesakitan, kau justru diam saja
Demi dan atas nama kerukunan, mulutmu terbungkam
Kau meminta warga negara yang lain untuk mengalah saja
Kerukunan macam apakah itu

Bubarkan saja forum kerukunan itu
Tak berguna tak berfaedah
Jika kau hanya melihat sensasi yang dibuat seolah-olah situasi sedang genting
Tapi kau melupakan esensi mengapa kau perlu hadir di sana

Ini negeri yang damai
Damai apanya
Kalau damai diciptakan dengan memungkiri keberadaan kelompok yang lain
Mereka yang berbeda dengan keyakinan kelompokmu
Damai apanya
Kalau kau selalu berlindung atas nama suara mayoritas
Mayoritas dari kubu yang mana

Memangnya suara kelompok kecil yang suka berkoar-koar damai tapi tindakannya justru berlawanan dengan makna damai
Itu benar-benar mencerminkan suara kebanyakan
Berapa jumlah pendudukmu semua
Berapa persen yang bersuara atas nama rukun dan damai tadi
Kau selalu menutupi data dan fakta ini
Kau tak pernah menanggapi suara-suara emas
Silent is golden
Kau sama sekali tak pernah melirik mayoritas diam
Justru kepada merekalah seharusnya matamu melihatnya
Melihat dari sisi yang berbeda
Mata batin, mata hatimu, bukalah
Lihat sejelas-jelasnya kepada siapa kau semestinya berpihak

Ini NKRI
Negeri kaya raya dengan satu ideologi
Paham kebangsaan yang berbhinneka tunggal ika
Bukan negeri katanya ramah tapi dipenuhi intrik intoleransi

Kami sudah capek mengalami
Kami sudah lelah membaca berita
Kami sudah letih mendengar kabar
NKRI harga mati
Hanya sebatas slogan terbatas yang tak bisa dirasakan keandalannya

Ini bulan penuh hikmat katanya
Tapi di mana letak hikmatmu
Enak saja kau bilang demi menjaga kerukunan
Demi menjaga stabilitas
Demi menjaga ketenteraman
Siapa yang berbuat onar
Siapa yang membikin gegara
Siapa yang memunculkan isu tak sedap
Siapa yang membuat keruh suasana menjadi tak bersahabat
Mengapa tak kau kejar mereka
Kenapa tak punya nyali menghadapi mereka
Di mana kewibawaanmu
Tak pantas kau menyandang gelar kehormatan
Saat kau tak bisa memberikan pengayoman kepada setiap insan

NKRI oh NKRI
Sampai kapan berita basi semacam ini terus terjadi
Sampai kapan kami bisa melihat ibu pertiwi tak lagi berduka
Menyaksikan polah kelompok massa yang begitu pongah
Sementara mereka yang memiliki kuasa yang legitimate justru tunduk terhadap aksi tekanan massa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun