Hari ini, 25 November, diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Walaupun gaungnya tak sebesar Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei, namun banyak kawan di media sosial yang memberikan ucapan selamat dalam linimasanya. Ada pula yang membuat twitbbon alias unggahan foto dengan menggunakan bingkai menarik.
Guru memang menjadi sosok kenangan yang patut dihargai. Jasa mereka dalam memberikan pendidikan dan pengajaran selama duduk di bangku sekolah, punya andil besar hingga seseorang bisa memperoleh cita-citanya.
Jika merujuk pengertian UU No. 14 tahun 2005, membedakan antara profesi guru dan dosen.
- Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,  mengajar,  membimbing,  mengarahkan,  melatih, menilai,  dan mengevaluasi  peserta  didik  pada  pendidikan anak  usia  dini  jalur  pendidikan  formal,  pendidikan  dasar, dan pendidikan menengah.Â
- Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.Â
Kata "Profesional" dalam kedua term di atas sendiri dimaksudkan  adalah pekerjaan  atau  kegiatan  yang  dilakukan oleh  seseorang dan  menjadi  sumber  penghasilan  kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang  memenuhi  standar mutu  atau  norma  tertentu  serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru Non Pendidik
Tentu dalam praktik hidup, pengertian "Guru" tak selalu hadir dalam lingkungan yang formal seperti pengertian di atas. Guru juga bisa ditujukan kepada orang tua sendiri atau orang lain yang juga bisa memberikan nilai keteladanan pada seseorang.Â
Siapapun yang bisa memberikan nilai dan inspirasi; yang mampu mengubah cara pikir dan cara pandang seseorang menjadi lebih baik. Dia pun bisa disebut sebagai "guru". Termasuk barangkali dalam arti lebih luas adalah para "penulis" yang konsisten mampu memberikan semangat, motivasi, pencerahan, dan inspirasi pada pembaca lewat karyanya.
Seperti halnya akronim bahasa Jawa sebagai orang yang bisa "digugu lan ditiru" (dipercaya dan diikuti/diteladani). Mereka yang tidak hanya bisa memberikan pelajaran secara kognitif (pengetahuan atau pelajaran ilmu dan logika pada umumnya) Namun juga bisa memberikan pendidikan secara moral, etika, integritas, dan karakter yang positif. Â
Tak salah juga karena itu, salah satu tokok pendidikan yang lekat dengan Perguruan Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara juga punya pemahaman yang lebih luas soal dunia pendidikan. "Semua Orang Murid, Semua Orang Guru, dan Semua Tempat Sekolah."