Tiap hari kita makan bahan makanan yang diolah menghasilkan sampah alias limbah dapur. Kalau rumah tangga kecil, buangannya mungkin tak terlalu banyak.Â
Namun jika dikumpulkan dengan warung masakan rumahan dan kaki lima, catering, hotel, pujasera, dan lain-lain, bisa jadi menggunung banyaknya.
Itu semua dalam hitungan harian, masih di lingkungan tempat tinggal sendiri. Kalau dihitung lebih besar lagi dalam satu kota, provonsi, negara atau penduduk sedunia? Lebih jelas kelihatan risiko yang ditimbulkan.
Konon ketika sampah dapur ini sudah sampai ke tempat pembuangan, lapisan tanah akan mengurainya. Salah satu hasilnya adalah "gas rumah kaca", yang disinyalir lebih kuat menangkap karbondioksida.
"Gas rumah kaca" sendiri pengertian sederhananya adalah gas-gas di atmosfer yang dapat menangkap panas matahari. Termasuk di sini adalah karbondioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (SF6, HFC dan PFC).
Sebenarnya efek dari "rumah kaca" ini tidaklah berbahaya dan sejatinya dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi. Supaya perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar.Â
Namun efek rumah kaca yang berlebihanlah yang bisa menyebabkan pemanasan global. Akibatnya suhu di bumi naik secara signifikan.Â
Tanda yang paling ekstrem adalah mencairnya es di kutub, naiknya ketinggian permukaan air laut dan perubahan iklim yang ekstrim, serta rusaknya ekosistem yang terkait.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!