Heritage of Toba. Warisan cerita kultural tentang keberadaan Danau Toba di Sumatra Utara ini sudah lama dikenal lewat buku pelajaran semasa sekolah.Â
Dengan adanya cerita rakyat tentang terjadinya Danau Toba yang cukup melegenda, maka nama ini rasanya sudah tak asing lagi bagi penduduk Indonesia.
Sebagai danau vulkanik terbesar di dunia, ia kini juga telah ditetapkan menjadi 1 dari 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) oleh Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).Â
Pemilihan ini berdasarkan keunggulan pesona alam dan keunikan tersendiri dari tempat tersebut. Empat nama yang lain adalah Candi Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Likupang (Sulawesi Utara).
Danau Toba Dulunya Gunung Api
Danau Toba alias DSP Toba (Destinasi Super Prioritas Toba)  secara fisik merupakan danau air tawar terluas di Asia Tenggara. Ia juga berada di urutan kedua terluas di dunia setelah Danau Victoria di Afrika. Terbentuknya danau ini berasal dari ledakan super vulkanik 74.000 tahun lalu.
Ledakan super dahsyat dari gunung api purba Toba kala itu diperkirakan memuntahkan lava hingga sejauh 2.500 kilometer. Menurut skala Volcano Explosivity Index (VEI), mencapai angka 8 (delapan); terkuat dalam kurun waktu dua juta tahun terakhir.
Sebagai perbandingan; ledakan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki memiliki daya ledak 0,015 megaton TNT. Letusan gunung Krakatau yang sangat besar itu saja berdaya ledak 150 megaton TNT.Â
Maka, letusan gunung purba Toba diperkirakan berdaya ledak hingga 26.000 megaton TNT. Besaran angka ini mampu menghancurkan area Sumatera seluas kira-kira 20.000 km2.
Persebaran awan panas letusan gunung purba Toba mencapai luasan 20.000 kilometer persegi. Sedangkan ketebalan material awan panasnya mencapai sekitar 100 - 400 meter yang tersebar di udara.