"Berapa suhu udaranya hari ini, kok rasanya panas sekali?"
"Sekarang, 33 derajat Celsius. Ini yang tertinggi."
"Wah pantas saja, gerah. Pengin minum es, rasanya enak. Segar dan nikmat rasanya..."
Hari-hari ini memang suhu udara di Indonesia lagi terasa panas-panasnya. Tambah panas lagi kalau disisipi berita sensasional atau ada gorengan isu sosial politik, hehe....
Maklum saja, fenomena alam ini sedang mengarah pada puncak-puncaknya musim panas. Apalagi di bulan September (tanggal 22), matahari akan berada di atas garis khatulistiwa Indonesia. Jadi, suhu udara dan panas masih akan terasa begitu menyengat.
Kabar baiknya, mulai periode hari ini, 6 September hingga 21 Oktober mendatang, akan terjadi fenomena Hari Tanpa Bayangan (HTB). Periode tanggal yang panjang ini konon juga menyesuaikan lokasi dan koordinat dari provinsi atau kota/kabupaten untuk bisa mengalaminya secara langsung (cek DI SINI) .
Dua Sisi
Musim panas atau kemarau seperti ini, di satu sisi akan mengakibatkan kekeringan pada wilayah tertentu. Konon mata air debitnya makin mengecil dan menyebabkan pasokan air turun drastis. Otomatis lahan pertanian yang membutuhkan banyak air, kebutuhannya jadi tak bisa lagi terpenuhi. Malahan untuk menghindari kerugian, tanahnya dibiarkan begitu saja menjadi tidak produktif.
Namun pada sisi lain, masih ada jenis tanaman tertentu yang justru lebih baik hidupnya jika mengalami panas atau mendapatkan asupan cahaya matahari yang cukup atau berlebihan.