Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dalam Keabadian

2 Juli 2021   17:00 Diperbarui: 2 Juli 2021   17:19 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jam sebagai tanda waktu yang terbatas (sumber: pixabay.com/Bru-nO)

 

Lingkaran itu makin terus mendekat
Ia makin menyempit
Dan akhirnya benar-benar terjadi

Kabar duka itu terjadi
Bak petir di siang bolong
Ah... tak ada kata lagi yang mampu terucap

Hanya tangisan yang bisa dirasakan
Kepergiannya ke alam keabadian jelas terasa memedihkan
Ah... andaikata semua lebih cepat teratasi

Tapi rasanya percuma jua diratapi karena tiada guna
Kini tiada lagi tawa canda yang biasa terdengar
Sunyi, sepi, sendiri

Tapi hidup akan terus berjalan
Kehidupan belum akan berhenti
Kuatkan diri, kuatkan hati

Kami turut bersedih dan berduka
Untuk peristiwa yang terjadi ini
Kenangan akan hidupmu tak pernah dapat terlupa

*) buat saudari kami yang kembali pada Sang Khalik

2 Juli 2021

Hendra Setiawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun