Kau ajarkan kebaikan pada umatmu
Kuajarkan kebaikan juga pada umatku
Walau kita menyatakan diri hal yang sama
Tetapi mengapa masih juga ada perseteruan?
Kitab Suciku mengajarkan makna cinta kasih
Kitab Sucimu mengajarkan arti kasih sayang
Lantas apa yang menjadi penghalang?
Pertikaian masih saja terus berlangsung
Kita sama-sama bicara lantang soal 'hidup bersama'
Di rumah ibadah dan tempat tinggal
Di televisi dan radio, juga koran
Tapi mengapa itu jauh dari harapan?
Apa yang salah dengan keberagamaan kita?
Apa yang menjadi penghalang keragaman ini?
Bukankah kita sama-sama mengakui
Kalau kita ini sama-sama sebagai pendatang
Kita hanyalah penumpang di bhumi Nuwantara ini
Kita  sama-sama bukan pemilik sah dirgantara ini
Kita bukan lahir di rahim Ibu Pertiwi pemilik di tanah ini
Kita semua ada dalam rengkuhan sayang dari tangan yang sama
Kita ada, diterima, dan hidup berbaur dengan mereka
Mereka yang sesungguhnya sebagai pewaris sah keadaban negeri
Tapi mereka juga yang disingkirkan atas nama dominasi kekuasaan
Sungguh-sungguh keterlaluan dan tak punya sensi
Ah, betapa malu dan bodohnya
Tinggal di bumi yang gemah ripah loh jinawi
Tetapi justriu membutakan adanya keanekaragaman yang telah ada
yang hidup dan tumbuh subur dalam alam damainya
Sebelum keangkuhan makin bersimaharajalela
Kembalikan pusaka keagungan negeri pada pemilik sejati
Kembali pada hidup yang harmoni dan rukun bersama
Dalam satu bendera dwiwarna: Merah dan Putih
26 Mei 2021
Hendra Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H