Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pewarta Damai Negeri

26 Mei 2021   18:00 Diperbarui: 26 Mei 2021   17:59 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nusabali.com

Kau ajarkan kebaikan pada umatmu
Kuajarkan kebaikan juga pada umatku
Walau kita menyatakan diri hal yang sama
Tetapi mengapa masih juga ada perseteruan?

Kitab Suciku mengajarkan makna cinta kasih
Kitab Sucimu mengajarkan arti kasih sayang
Lantas apa yang menjadi penghalang?
Pertikaian masih saja terus berlangsung

Kita sama-sama bicara lantang soal 'hidup bersama'
Di rumah ibadah dan tempat tinggal
Di televisi dan radio, juga koran
Tapi mengapa itu jauh dari harapan?

Apa yang salah dengan keberagamaan kita?
Apa yang menjadi penghalang keragaman ini?
Bukankah kita sama-sama mengakui
Kalau kita ini sama-sama sebagai pendatang

Kita hanyalah penumpang di bhumi Nuwantara ini
Kita  sama-sama bukan pemilik sah dirgantara ini
Kita bukan lahir di rahim Ibu Pertiwi pemilik di tanah ini
Kita semua ada dalam rengkuhan sayang dari tangan yang sama

Kita ada, diterima, dan hidup berbaur dengan mereka
Mereka yang sesungguhnya sebagai pewaris sah keadaban negeri
Tapi mereka juga yang disingkirkan atas nama dominasi kekuasaan
Sungguh-sungguh keterlaluan dan tak punya sensi

Ah, betapa malu dan bodohnya
Tinggal di bumi yang gemah ripah loh jinawi
Tetapi justriu membutakan adanya keanekaragaman yang telah ada
yang hidup dan tumbuh subur dalam alam damainya

Sebelum keangkuhan makin bersimaharajalela
Kembalikan pusaka keagungan negeri pada pemilik sejati
Kembali pada hidup yang harmoni dan rukun bersama
Dalam satu bendera dwiwarna: Merah dan Putih

26 Mei 2021

Hendra Setiawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun