Pendidikan dan Kebangkitan. Begitulah jika dua nama hari besar bersejarah yang jatuh di bulan Mei ini disatukan. Ya, pendidikan dan kebangkitan sama-sama memiliki nilai sejarah yang tinggi.Â
Seperti kata Sang Proklamator, "Jangan sekali-sekali melupakan sejarah!" Ada baiknya jika menengok kembali jejak dan warisan dari seseorang yang erat dengan peristiwa Kebangkitan Nasional.
Memperingati hari Kebangkitan Nasional tentu tak bisa lepas dari nama dr. Soetomo. Perannya dalam dua dasawarsa sebelum Proklamasi Kemerdekaan terabadikan pada Museum dr. Soetomo. Lokasinya ada di dekat area kompleks museum Tugu Pahlawan, berada di Jl. Bubutan 85-87 Surabaya.
Di luar profesinya sebagai dokter, Soetomo adalah tokoh pendiri Boedi Utomo, organisasi pergerakan kemerdekaan pertama di Indonesia. Pada tahun 1903, ia menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Bersama teman-teman dari STOVIA inilah, pria yang terlahir dengan nama Soebroto ini mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908.
Menelusuri jejak pergerakan pria yang lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 dalam bidang politik itu ternyata tidak berhenti pada 1908 itu saja. Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Studyclub. Kemudian di tahun 1930, dia dan teman-temannya mendirikan Partai Bangsa Indonesia. Lima tahun berikutnya, 1935, Partai Indonesia Raya (Parindra) juga berdiri atas peran sertanya.
Saksi Sejarah
Museum dr. Soetomo ini berada di belakang Pendopo Gedung Nasional Indonesia (GNI), yang dulu sering disewakan untuk hajatan perkawinan. Pendopo yang gampang terlihat dari jalan raya ini menjadi saksi sejarah tempat pertemuan organisasi pergerakan sebelum masa kemerdekaan.
Sejarah lain mencatat, GNI juga menjadi tempat pembentukan Komisi Nasional Indonesia (KNI) serta pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jatim pada Agustus 1945.
Sebagai bekas Karesidenan Surabaya, tempay ini juga menjadi salah satu lokasi terjadinya pertempuran 10 November antara Arek-arek Suroboyo dan tentara Sekutu.
Pada podium depan pada area di dalam pendopo akan dijumpai meja yang terbuat dari kayu jati. Secara melingkar ada  10 kursi, dengan ornamen Jawa yang unik. Meja tersebut sering dipakai dr. Soetomo saat mengadakan rapat pergerakan.