Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sumur Harapan

1 Mei 2021   17:00 Diperbarui: 1 Mei 2021   17:02 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumur dangkal (foto: dok. pribadi)

Kami punya sumur
Tetangga kami juga punya
Tapi sumur di tempat kami airnya bening dan segar
Sumur tetangga airnya hitam dan berbau

Maklumlah, kami masih menggunakan air sumur itu setiap hari
Sumur milik tetangga memang bertahun-tahun tidak dipakai
Rumah itu lama sekali tak berganti pemilik baru, kosong
Hingga air sumurnya tak lagi berfungsi baik

Jarak antar sumur kami dan tetangga tak jauh
Paling hanya 10-15 atau 15-20 meter saja
Tergantung dari cara mengukurnya
Tarik garis lurus atau berdasarkan kelokan

Walau mungkin tak penting juga pengukuran jarak ini
Tapi perlu juga tahu dari mana sumber air itu berasal
Dari kedalaman, sumur rumah kami mungkin hanya sekitar 5-8 meter dari pijakan kaki
Sumur tetangga kami jaraknya sekitar 8-12 meter dari tempat kaki bertumpu

Itu artinya sumber air bawah tanah bisa jadi memiliki ketinggian yang tak sama
Bisa jadi karena aliran sumber air yang melewati rongga bawah tanah memang tak sama
Namun begitu, dari titik sumber mata air yang sama
Ternyata mengeluarkan air yang tidak sama dalam bau, aroma dan rasa

Sama-sama mengeluarkan air
Sumur yang setiap harinya dimanfaatkan
Diambil berapa banyak sekalipun hingga ketinggian air berkurang
Esok, dia akan kembali pada ukuran reratanya

Pun begitu jika hujan deras tiba
Air sumur menjadi melimpah ruah
Bahkan ada kalanya airnya menjadi dangkal
Tinggal mengambilnya lewat jangkauan tangan

Sumur yang dibiarkan saja apa adanya
Dia tidak akan semakin bersih dan bening
Seperti orang sedang menjernihkan air yang lagi kotor
Sebaliknya, akan bertambah buruk kualitas airnya

Hukum alam telah mengaturnya sedemikian rupa
Lingkungan punya cara sendiri untuk mengolah kebaikan
Dia punya sisi 'misteri' yang tak bisa diketahui dengan pasti
Di antara pengetahuan logis lain yang dapat dipelajari secara akali

Ada prinsip memberi dan menerima, agar terjadi keseimbangan di dalamnya
Sesungguhnya, kitapun sama seperti gambaran kedua sumur ini
Jika air itu dapat dimanfaatkan, ia menjadi berkat yang menghidupkan
Jika ia tersia-siakan, keberadaannya hanya menjadi pajangan tak berguna

Dalam hidup ini perlu untuk berbagi
Bukan menunggu nanti dari kelebihan, tapi dari keapaadaan kini saja
Tidak akan ia berkekurangan
Sebab ia akan menerimanya kembali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun