Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Romantis Semu Dunia Maya

8 April 2021   18:00 Diperbarui: 8 April 2021   18:20 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada artis, tokoh publik, kehidupan asmaranya terlihat 'baik-baik saja'. Terlihat romantis, pamer kemesraan. Membuat orang yang melihat bisa menjadi 'iri'.

Namun tetiba saja, itu semua berbalik 180 derajat. Ada gosip, berita entertainment, yang menyebutkan ternyata pasangan tadi hendak bercerai. Mereka ternyata punya kasus yang cukup pelik.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi dengan kehidupan sosialnya yang diumbar ke publik? Terlihat mesra, ujung-ujungnya juga bermasalah. Publikpun jadi heran dan bertanya-tanya.

Memangnya, public display of affection (PDA) atau pamer kemesraan di ruang publik itu pantas atau tidak? Apa untung ruginya? Apakah ada manfaatnya atau justru merugikan?

Tanggapan Berimbang

Pamer foto bersama pasangan, mungkin era media sosial kini bukan hal yang tabu lagi. Jangankan yang statusnya sudah sah sebagai suami istri. Masih dalam tahap penjajakan, pacaran pun, tak jarang pamer kemesraan itu ditampilkan.

Menyikapi hal ini, dua kutub jelas nampak. Satunya "iya dan yes" saja. Mendukung, turut mendoakan supaya pasangan tadi bisa langgeng ke tahap berikutnya, dan seterusnya komentar bernada baik yang disampaikan. 

Pada sisi yang berseberangan, memberi pendapat yang bisa membuat pedas telinga. "Belum apa-apa saja sudah berani begitu. Jangan-jangan sudah diapa-apain nih. Canda papah-mamah..."

Ya, begitulah dunia publik. Tak bisa lagi orang beralasan, "Ini kan privasi saya. Hak saya."

Namun, se-privat-nya alasan yang dikemukakan, kalau sudah menjadi ditampilkan publik, maka konsekuensinya tentu harus siap dengan segala hal yang disampaikan oleh publik. Demikian kira-kira jika hendak menyederhanakan persoalan.

Marah kalau mendapat komentar negatif. Kalau yang positif saja diterima. Tentu ini unfair. Kalau tak ingin mendapat tanggapan yang tak menyenangkan, ya tak perlu sampai PDA. Mudah, kan?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun