"Mendung tak berarti hujan," begitu kata lirik sebuah lagu cinta. Ya, betul. Tak selamanya datangnya mendung akan membawa hujan. Lihat dulu mendungnya seperti apa.
Mendung yang bisa dilihat secara kasat mata, terjadi karena peran awan yang menyertai. Sebagai salah satu penanda alam, awan memang cukup penting keberadaannya. Secara ekstrim, dia dapat dikatakan sebagai 'penentu nasib' mahkluk hidup yang ada di bawahnya.
Awan bisa bertindak menjadi "payung" bumi. Ia mendinginkan bumi dengan cara memantulkan cahaya matahari agar menjauh dari permukaan bumi dan kembali menuju angkasa.
Namun, awan juga bisa bertindak sebagai "selimut penghangat" bumi. Ia memanaskan bumi. dengan cara mencegah sebagian panas di atmosfer lepas ke angkasa, dalam wujud radiasi infra merah.
Efek "selimut" ini bisa dirasakan saat musim dingin tiba. Pada malam hari yang berawan, biasanya terasa lebih hangat dibandingkan malam hari cerah.
Kalau ada pertanyaan, lebih mendominasi mana awan yang bertindak sebagai "payung", ataukah sebagai "selimut" dalam hari-hari yang ada? Semua itu bergantung kepada ketinggian dan ketebalan awan itu sendiri.
Sebagai patokan umum, semakin tinggi ia berada, awan akan semakin efektif mencegah panas lepas ke udara. Semakin tebal, maka awan juga semakin efektif memantulkan cahaya matahari menjauhi permukaan Bumi.
Awan-awan yang letaknya tinggi dan tipis, dia mampu meloloskan cahaya matahari, sembari mencegah panas ke udara dalam bentuk radiasi inframerah. Hal ini akan memberikan efek pemanasan pada bumi.
Sementara awan-awan yang posisinya rendah dan tebal, maka dia akan memantulkan cahaya matahari. Ia memiliki dampak sedikit bagi terlepasnya radiasi inframerah ke angkasa. Hal ini akan menciptakan efek pendinginan.
Awan Pembentuk Hujan