Hari Minggu seperti sekarang ini, biasanya jalanan dipenuhi oleh para pesepeda yang ingin berolahraga. Atau kalaupun tidak, sekadar berkeliling kota. Tujuan utamanya memang mencari kesegaran badan dan sekaligus menikmati suasana yang lebih sepi di hari libur.
Jika dulu sering diadakan kegiatan massal semacam fun bike, lalu bergeser ke fun walk, terus ke fun run. Sekarang, era pandemi, musim bersepeda menjadi trend kembali. Sepedanya yang dulu mangkrak, dibenahi lagi. Ramai lagi musim bersepeda.
Pelanggaran Pesepeda
Walaupun sama-sama sebagai pemakai jalan, tapi pengguna sepeda lebih sepertinya lebih dimanjakan dan sedikit ada kelonggaran terhadap rambu lalin (lalu lintas).
Sepertinya tidak boleh begitu, ya? Pesepeda motornya jadi ngiri, hehe...
Ya, aktivitas bersepeda, perlu juga menjaga keamanan diri. Salah satunya tentu dengan menaati rambu lalu-lintas. Misalnya saat lampu merah menyala. Aturan umum di jalan raya adalah berhenti. Nah, terkadang, para pesepeda lebih bernyali terhadap aturan ini. "Ya, kan jalannya tak seberapa ramai. Sudah kosong dari depan atau samping. Biar cepat sampai. Kakinya keburu pegal nih..."
Barangkali itu salah satu alasan kalau mereka ditanya, "Mengapa tak menunggu?"
Kejadian seperti itu sudah jamak terjadi. Baik saat seseorang di posisi yang bersepeda, atau pada saat menjadi penonton/pengamat. Pasti pernah mengalami atau menyaksikannya secara langung di jalan raya.
Pesepeda bisa menyelip, mencari celah, menerobos barisan agar bisa terus berjalan. Tidak ikut-ikutan menunggu antrian waktu jalan.
Bersepeda solo dan kelompok itu beda rasanya. Apalagi kalau punya komunitas atau ikut klub bersepeda. Rasanya lebih asyik, gayeng, dan guyub. Banyak candaan yang terjadi saat bertemu. Apalagi jika dalam kelompok itu sebaya, tak canggung saling melontarkan kata.