Musim hujan dan musim kemarau. Plus musim pancaroba alias peralihan di antara dua musim. Itu ciri khas dari negeri tropis seperti Indonesia.
Memang secara teori, kedua musim ini ada perhitungannya. Namun seringkali sekarang ini menjadi anomali. Waktunya musim hujan, tapi tak ada tetesan air yang jatuh ke bumi alias kering. Pun sebaliknya, di musim kemarau tiba, tapi bisa diguyur hujan lebat beberapa waktu.
Bagi petani yang berpengalamanan, tentu tak seberapa soal memprediksi kapan waktu tepat untuk bertanam. Namun bagi yang masih awam di bidang pertanian, ini bisa menjadi persoalan serius.Â
Bibit yang ditanam bisa jadi tak maksimal tumbuhnya. Harapan bisa memetik hasil yang bagus juga bisa meleset.
Di kota yang kini sudah jamak dikembangkan pertanian di lahan sempit atau urban farming, tentunya juga perlu pengetahuan lebih untuk bercocok tanam. Apalagi menurut teori, pada pertengahan Maret ini akan terjadi peralihan dari musim hujan ke kemarau.Â
Tanda paling sederhana adalah dimulai dari datangnya vernal equinox pada tanggal 21 Maret (artikelnya ada di sini).
Setiap tanaman yang hendak ditanam sebenarnya memiliki masa musim yang ideal. Ada tanaman yang cocok ditanam saat musim hujan seperti yang masih berlangsung kini.Â
Ada tanaman yang cocok ditanam di musim kemarau karena membutuhkan banyak sinar matahari. Namun ada juga beberapa tanaman yang cocok ditanam di musim peralihan.
Siklus Musim
Musim penghujan ditandai dengan adanya hembusan angin yang bergerak dari Samudra Pasifik yang kaya akan uap air. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia berada dalam kondisi kelembaban tinggi, yang berakibat pada datangnya hujan.
Siklus ini terjadi antara bulan September hingga (pertengahan) Maret. Lokasi ini dimulai dari wilayah bagian barat terlebih dahulu yaitu Sumatera pada akhir bulan September. Kemudian menyusul ke Jawa dan Kalimantan pada bulan November dan terus bergerak ke timur.
Sedangkan datangnya musim kemarau ditandai dengan berhembusnya angin yang berasal dari arah Samudra Hindia (dekat Australia) yang miskin uap air.Â