Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kecerdasan Pendiri Bangsa Memaknai Ke-esa-an

19 November 2016   07:05 Diperbarui: 19 November 2016   11:34 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://purwoudiutomo.com/wp-content/uploads/2015/01/garuda1.jpg

Bagaimana kita memaknai ke-ESA-an dalam kalimat sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’? Juga kepala kalimat dalam amar putusan pengadilan: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha ESA.”

ESA dan EKA secara sederhana memang memiliki makna yang serupa, yakni SATU. Tetapi ada perbedaan besar di antara keduanya.

Pihak yang bersikukuh mengatakan bahwa ESA adalah SATU-SATUNYA, TUNGGAL, THE ONLY ONE adalah pihak yang menolak KeMaha-Esaan Tuhan itu sendiri. Tuhan yang hanya menjadi objek pikiran manusia, bukan sebagai diri-Nya sendiri.

Mereka adalah adalah pihak yang pongah dan semena-mena memaksakan pengertian Tuhan menurut kelompoknya sendiri kepada kelompok yang lebih besar. Mengingkari keberagaman, kemajemukan, pluralitas yang senyatanya telah ada di bumi Indonesia sejak semula. Jauh sebelum agama itu sendiri hadir sebagai pendatang baru di Nusantara. “Apakah elok pendatang mengusir pemilik rumah?”

Bahasa Sanskrit sangat gamblang membedakan antara ESA dan EKA. ESA adalah satu dalam arti kesatuan. ESA memiliki makna jamak. Sedangkan yang bermakna satu, tunggal, adalah EKA.

Dalam bahasa Kitab Suci pun hal ini sebenarnya juga sama. Kitab Suci juga memberikan perbedaan makna yang SATU itu dalam arti TUNGGAL dan JAMAK.

Kitab Suci membedakan antara ECHAD dan YAKHID (bhs. Ibrani). Posisi ini sama pengertiannya dengan kata AHAD dan WAHID (bhs. Arab).

ECHAD (AHAD) adalah kesatuan dari yang jamak. Ia berarti "esa", "pertama", "satu", yaitu kesatuan yang kompleks, bukan kesatuan yang absolut.

Istilah YAKHID (WAHID)-lah yang berarti "satu-satunya" (tunggal), "satu yang absolut" (hanya).

Maka, siapapun yang mencoba membelokkan makan kata ESA sesuai dengan kehendaknya sendiri, maka jelas merekalah yang sebenarnya musuh dari NKRI.

(sekilas info dari berbagai sumber)

Hari Toleransi Dunia 

16 November

-end-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun