Keadaan kami dalam kehidupan tiap hari kian mengiris hati. Segala bentuk penindasan kerap kali terjadi lewat senyum dan kata-kata manis pemerintah. Pemerintah yang selalu mengatakan bahwa keadaan ekonomi mengalami kemajuan serta peningkatan. Hal ini merupakan isapan jempol belaka. Apabila keadaan ekonomi di bumi pertiwi mengalami peningkatan mengapa semakin hari tindakan kriminalitas kian menjadi dan ketakutan ini menyelimuti hati kami.
Berbagai tindakan kriminalitas dengan berbagai bentuk dan dalih kerap kali merupakan suatu makanan pokok kami disetiap pagi hari yang disuguhkan melalui media cetak maupun eloktronik. Kejadian ataupun peristiwa kriminalitas saat ini merupakan hal lumrah bagi negeri ini. Tindakan itu bukan hanya dilakukan oleh satu dua orang melainkan dilakukan secara masal.
Segala cara tindakan dari sajaddah sampai haram jaddah pun dilakukan oleh semua golongan kelompok. Teriakan-teriakan kami sebagai penghuni bumi pertiwi sepertinya tidak di perhatikan ataupun tidak didengarkan oleh pemerintah. Mungkinkah pemerintah tuli ataukah sibuk menjadi kuli dalam mengeruk pundi-pundi yang ada dinegeri ini sebagai bekal yang akan dibawa mati nanti?
Sungguh ironis nasib bangsa ini. Pergerakan, perjuangan dan pengorbanan dalam memperjuangkan dan merebut kemerdekaan dengan rela mengorbankan harta, jiwa dan raga sampai dengan tetes darah yang terakhir. Kini hanya dibalas dengan tindakan-tindakan yang miris yang mengiris hati.
Betapa banyaknya masyarakat yang sengsara, miskin dan bahkan mengalami kematian akibat melambung tingginya kebutuhan hidup yang kian hari mencekik leher kami. Semua ini salah siapa? Dan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini?
Jika kita melihat dengan seksama kekayaan bumi pertiwi begitu melimpah ruah. Sumber daya alam yang amat teramat kaya merupakan sumber kehidupan kami. Dan mengapa kita masih tetap saja menjadi warga Negara yang teramat susah dinergeri sendiri. Bagaikan tamu dinegeri sendiri. Segala sesuatu kekayaan alam milik kami telah digadaikan kepada para kaum asing oleh para pejabat yang tidak berperikemanusiaan dan berkeadilan. Dan kami sebagai pribumi hanya dapat mengangkat sapu tangan putih ini untuk menghapus derai air mata yang mengalir di pipih kami.
Para pemangku jabatan dipemerintahan dengarkanlah suara kami, lihatlah kehidupan para pribumi yang kian hari kian bersedih meratapi dan menikmati sisa-sisa hidup di bumi pertiwi.
Pemerintah apakah ini yang dinamakan dengan meningkatnya ekonomi dinegeri ini. Ini merupakan cerminan bahwa gagalnya pembangunan dinegeri ini. Jangan gadaikan harkat dan martabat hanya demi suatu pundi-pundi. Terapkan serta amalkanlah nilai-nilai luhur ideology Pancasila secara murni yang diperjuangkan oleh para pahlawan.
Dari kami para pribumi untuk pejabat negeri. Kami sampaikan surat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H