Begitu banyak fenomena-fenomena negatif yang mewabah dikalangan mahasiswa kita, serangkaian aktivitas-aktivitas yang tidak lain lain dan tidak bukan adalah kesenangan sementara saja, misal seperti pergaulan bebas, Pacaran, free sex, hedonisme, dll.
Hal itu tumbuh subur seiring bertambahnya umurzaman , tentunya hal itu akan menjadi pemicu merosotnya intelektual, spiritual, serta emosional generasi penerus negeri ini. sungguh miris jika hal itu terus terjadi dan tidak ada yang peduli terhadap kondisi tersebut.
Mari kita sedikit mengerucutkan masalah masalah mahasiswa generasi penerus bangsa ini, misal topik yang lagi ngetrend dan hangat dibahas serta disuarakan oleh aktivisa-aktivis kampus saat ini, yaitu Apatis. Apa itu apatis? apatis adalah suatu kondisi dimana kurangnya emosi, motivasi atau antusiasme. Atau juga acuh tidak acuh, tidak peduli masa bodoh. (Masa Jahiliah mungkin ya :). Berikut lengkapnya kalau kita tela'ah secara ilmiah definisi sesungguhnya dari kata “apatis” antara lain sebagai berikut:
·“Apathy is an absence of simpathy or interest.” (Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English)
·“Apatisme, yaitu hilangnya simpati, ketertarikan, dan antusiasme terhadap suatu objek.” (menurut anonimius)
·“Apatis adalah sikap acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh” (KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Ya.. itulah kenyataannya, sekitar 80% mahasiswa dikamus penulis, adalah kaum apatis. mereka tidak peduli dan masa bodoh terhadap keadaan sekitar, padahal betapa dibutuhkannya kontribusi mereka dan pemikiran-pemikiran mereka terhadap kemajuan dan perbaikan kampus. Sebenarnya kondisi seperti ini tidak selalu ada mutlak dalam setiap benak mahasiswa, ada beberapa dari mereka yang memutuskan memilih menjadi mahasiswa yang aktif dan enerjik menyongsong semangat, peduli terhadap isu isu sekitar dan keadaan sekitarnya.
Ditinjau dari beberapa manfaat tentu jelas bahwa mahasiswa aktif akan lebih sukses dari pada mahasiswa yang Apatis, karena mereka selalu mengasah kemampuan mereka dalam berbagai kesempatan (tidak hanya diakademik saja). hal ini sejalan dengan salah satu dari 4 prinsip pembelajaran nabi Khidir terhadap nabi musa yaitu "Mengasah tiada henti" , yang mana dari penjelasan yang disampaikan yaitu Seorang pembelajar sejati tidak akan pernah puas dengan ilmu yang diperolehnya.
Sekali lagi mari kita tengok Nabi Musa. Beliau tidak merasa puas dengan predikat kenabiannya. (masih saja belajar dan belajar). Secara umum, mahasiswa yang aktif tersebut menyebut diri mereka adalah Aktivis. ya.. Mereka adalah Aktivis, mereka selalu aktif, enerjik, gigih dan semangat, mereka selalu peduli. mereka peka terhadap sekitar, bahkan mereka bisa disebut juga mereka adalah suara kebenaran yang akan menegakkan apa yang harusnya dibenarkan.
Aktivis sangat berfungsi dalam lembaga pendidikan tingkat universitas, entah itu di intra kampus maupun ekstra kampus karena mereka idealis dalam memperjuangkan kebenaran.
Misal jika ada, tokoh kampus yang kebijakannya merugikan pihak lain, mereka bisa segera memperjuangkan keadaan tersebut agar tidak terjadi lebih buruk lagi. Selain itu mereka membuat hidup lebih hidup. ya ya.. mereka berkontribusi pada setiap kegiatan kegiatan kampus, bahkan mereka adalah Creator of Activity.
A beautiful life as a activist , bukan hanya itu saja namun di sisi lain. Ada beberapa yang menyatakan bahwa kehidupan seorang aktivis selalu digoncang ketidaknyamanan terkait hasil akademik mereka. banyak pihak menyebutkan bahwa nilai akademik seorang aktivis akan kecil dan anjlok karena mereka terlalu sibuk dan menyibukkan diri terhadap banyak kegiatan, mereka tidak fokus terhadap tujuan utama mereka yaitu kuliah. Pernyataan tersebut sungguh 100% tidak benar. tidak tepat dan perlu diklarifikasi beribu-ribu kali.
Mengenai masalah anjloknya nilai mereka itu tidaklah logis, karena untuk masalah itu tergantung pada komitmen masing-masing individu. Nilai akan terbentuk dari usaha mereka sendiri yang berawal dari seberapa besar usahamereka dalam memegang komitmen untuk tidak mengenyampingkan salah satu diantara keduanya, yaitu akademik dan kegiatan non akademik. Ada begitu banyak waktu 24 jam sehari kalau kita benar benar memanajemen waktu tentu hal itu bisa diatasi. Aktivitas non-akademik penting namun akademik juga tidak kalah penting jadi harus Balance.
Ada seorang mahasiswa yang sudah menemukan sebuah kesimpulan tentang kehidupan seorang aktivis. Mahasiswa juga berkecipung diberbagai organisasi kampus yang mana tidak hanya satu atau dua organisasi. Dengan kondisi tersebut si mahasiswa selalu ingin mematahkan kata-kata orang yang mengatakan "Aktivis selalu anjlok nilai akademiknya".. dan dia menjawab TIDAK SELALU.
Hanya sekedar inspirasi bersama agar tetap aktif diakademik maupun non-akademik (Bukan untuk pamer) : Ada seorang mahasiswa setiap semester diperkuliahan selalu mendapatkan nilai IPK mumpuni atau cukup baik bahkan lebih dari mahasiswa mahasiswa yang tidak aktif diaktivitas manapun. Alhamdulillah mahasiswa tersebut telah merasakan beberapa kali menjadi mahasiswa yang memiliki IPK tertinggi bahkan kurang 0,6 point untuk mendapatkan IPK sempurna 4.00. luar biasa.. padahal dia bisa dibilang juga seorang yang sibuk di kegiatan luar akademik.
Bukan alasan menjadi aktivis harus anjlok nilai akademiknya, itu bergantung pada komitmen masing-masing pribadi dalam mengasah kemampuan diri mereka. bagi penulis sendiri waktu 1 detikpun sangat begitu berharga, sebagaimana Ali Bin Abi Tholib ra pernah mengatakan "Waktu itu laksana pedang, jika Anda tidak hati-hati mempergunakannya maka dia akan menebasmu", so, manfaatkan waktu serta jangan membatasi diri untuk terbuka lebih luas untuk mencoba hal-hal baru yang nantinya akan mengembangkan potensi diri lebih berkualitas dan berkarakter.
Semoga Bermanfaat "Laa Tahzan Innallahaama'naa"
^HEndori^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H