Mohon tunggu...
HEndori irawan
HEndori irawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Rajamanggala University of Technology Tanyaburi, Faculty of Agricurtural Technology

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berbeda Pilihan itu “Nevermind”, Kalo Ikut-Ikutan itu “Never-Mind”

7 Juli 2014   04:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:13 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu semaraknya suasana demokrasi di Indonesia tercinta saat ini menstimulus naluri menulis saya untuk menjelajahi dan membahas fenomena-fenomena yang terjadi selama suasana demokrasi ini, entah itu hal besar ataupun hal-hal humor yang membuat hati ini sedikit tersenyum. Kita ketahui bersama bahwa Indonesia saat ini akan melaksanakan pemilihan presiden yang akan memerintah Republik Indonesia ini untuk 5 tahun kedepan, yang mana pilihan itu akan menentukan kemana arah Negara tercinta ini nantinya, apakah akan semakin membaik atau malah semakin memburuk dengan terbentuknya pemerintahan baru, pilihan itulah yang akan menentukan dan dibutuhkan untuk perubahan serta perbaikan negeri ini.

Ada begitu banyak dan muncul aktifitas atau hal-hal baru yang tidak didapatkan pada saat sebelum suasana pemilihan. Misalnya, saat ini maraknya kampanye-kampanye yang di show kan oleh masing-masing kubu peserta / kandidat yang akan dipilih. Kampanye ini merupakan kegiatan mengenalkan, meyakinkan serta metode PDKT masing-masing kubu kepada pemilih agar nantinya banyak pemilih yang akan memutuskan memilih si-calon. Serunya, ada begitu banyak kreatifitas-kreatifitas dalam kampanye yang ditampilkan oleh masing-masing kubu yang memiliki daya tarik tersendiri. Mulai dari kegiatan kunjungan/ramah tamah disuatu daerah, bakti sosial, konser music bahkan black campaign sekaligus yang dilakukan oleh beberapa oknum yang kurang bijak dalam menghargai perbedaan.

Uniknya bagi saya, yaitu kampanye menggunakan tokoh-tokoh terkenal atau superstar untuk menarik pemilih agar tertarik memilih salah satu calon. Karena dalam perhatian saya, implementasi metode ini juga bisa dibilang Mantepp untuk mempengaruhi suara pemilih agar memilih mereka yang menerapkan metode ini namun dengan catatan, yaitu “Dengan Catatan” jika si pemilih tidak mencerna dan menganalisa kembali pilihan mereka maka mereka akan mudah terpengaruh dengan hal itu.

Hadirnya Ikon tokoh dan superstar dalam kampanye ini dijadikan daya Tarik tersendiri terhadap pemilih untuk memantapkan pilihan mereka. Biasanya, tokoh atau superstar ini ditampilkan di iklan-iklan kampanye atau diikutsertakan hadir dalam kampanye daerah. Ada begitu banyak respon dari berbagai lapisan masyarakat untuk model kampanye ini karena seorang ikon tokoh terkenal akan menarik perhatian pemilih untuk memikirkan kembali keputusannya dalam memilih pilihan. Misal di kalangan anak muda yang sempat saya amati: berikut percakapan yang sedikit memicu perhatian saya ^_^

Si A : Kamu pilih presiden yang mana le?

Si B : Aku pilih Presiden No. 2 bro, karena band rock and roll kesayanganku milih

Pasangan ini bro, kan keren bro..

Si A : ah, biasa aj. Aku lho Pilih No.1 lebih keren donk, Raja Dangdut aja pilih dia

masa’ aku enggak, apa kata dunia dong. Haa haa

Sekilas kalau kita cermati bersama salah satu contoh dari percakapan diatas dapat kita tarik satu benang merah yang dapat kita ambil yaitu hal “Ikut-Ikutan” Ya.. itulah karakter pemilih yang ikut-ikutan yang hanya memilih sesuai dengan tokoh idaman mereka. (Ini mau milih band atau milih pemimpin sih ??? aneh..). padahal belum tentu pilihan yang dipilih oleh pujaan mereka merupakan pilihan yang terbaik karena pada dasarnya hanya diri kitalah yang tahu mana pilihan yang terbaik.

Metode penyodoran tokoh terkenal atau popular dalam kampanye akan menarik perhatian pemilih untuk memilih mereka. Itu merupakan salah satu contoh yang terjadi saat ini yang mungkin masih banyak lagi contoh ikut-ikutan tokoh pada bidang lain yang berbeda. Misal tokoh politik, agama, seniman, musisi, bahkan tokoh-tokoh sejarah yang sudah berpulang terlebih dahulu bertahun-tahun yang lalu dari kita

Apapun bentuk kampanye yang disodorkan, bahkan masalah kampanye tokoh diatas. kita sebagai pemilih harus pandai-pandai menyikapi mana yang harus kita pilih menurut analisa kita yang nantinya bisa membuat bangsa ini lebih baik lagi. Saya juga menyadari Nothing is Perfect, tidak ada pemimpin yang sempurna karena mereka juga adalah seorang manusia yang tak mungkin luput dari salah dan khilaf, namun harus kita sadari bersama bahwasanya diantara deretan pemimpin yang ada tentu ada pemimpin yang terbaik atau lebih baik dari pemimpin lainnya, dan itulah tugas kita bagaimana pemimpin yang terbaik dipilih untuk menjadi best of the best.

Jangan kita terpengaruh oleh orang lain yang belum tentu benar dalam pilihannya. Mungkin ada yang mengatakan “Pilihlah dengan hati nurani atau jika anda tidak bisa memilih sendiri maka pilihlah pilihan yang dipilih oleh orang baik” pertanyaannya adalah apakah orang baik menurut kita yang memilih salah satu calon adalah betul-betul orang baik? Bagaimana jika ada sebuah kepentingan-kepentingan dibalik itu? Bagaimana kalau itu hanyalah sebuah strategi politik terselubung? Semua itu, kitalah yang akan bertanggung jawab.

Maka dari itu, tumbuhkanlah idealisme jika sudah memantapkan diri untuk memutuskan pilihan. Meskipun dalam lingkungan kita hanya kitalah yang berbeda pilihannya maka pertahankanlah itu dan tetaplah pada pendirian kita yang sudah kita bangun. Bangun loyalitas yang tinggi untuk meemantapkan keputusan namun dengan catatan :

·Kita sudah mengkaji betul masing-masing karakter calon.

·Kita sudah melihat visi-misi masing-masing calon.

·Menganalisa pemikiran-pemikirannya.

·Melihattrack record si calon.

·Melihat kondisi spiritual si calon

·Dsb

Kita harus memiliki kriteria-kriteria yang baik untuk seorang pemimpin yang akan memimpin Indonesia ini.

Kembali ke judul di atas yaitu Berbeda Pilihan itu “Nevermind”, Kalo Ikut-Ikutan itu “Never-Mind” ya.. judul ini agak aneh memang namun ada sisi tersiratnya yaitu artinya berbeda pilihan itu bukanlah masalah, kita harus menghargai satu sama lain karena itu merupakan hak masing-masing individu. Namun jika ikut-ikutan saja alias gak pernah mikir dalam menentukan pilihannya sendiriatau Cuma ngikuuuuttt aja tanpa ada analisa sendiri maka istilah englishnya disebut penyakit “Never-Mind” Never = Tidak Pernah , Mind = Pikiran jadi istilah lucunya jadi Never-Mind atau gak pernah mikir. Wkwkwkwk J

Mungkin istilah itu tidak sesuai dengan aturan bahasa yang ada, namun bukan itu maksud saya, itu hanyalah guyonan kecil dari teman dekat saya yang dia sebut Never-mind itu Gak Pernah Mikir lho.., maka saya tersenyum saja ketika itu.

Maksudnya adalah hargai perbedaan pilihan yang ada, ini suasana demokrasi dan yang paling penting adalah jangan terpengaruh dan jangan pernah ikut-ikutan dalam memilih pilihan, apalagi masalah pemimpin bangsa ini yang begitu penting untuk kita renungi kembali karena semua ini akan menentukan nasib bangsa kita kedepan. Pilihlah pilihan yang menurut analisa kita adalah pilihan yang terbaik. Lakukan survey-survey kecil, analisa-analisa, serta pengkajian terhadap pilihan yang ada untuk menentukan yang manakah yang terbaik dari yang terbaik untuk dipilih sebagai pemimpin negeri ini dan putuskan lah jika sudah menemukannya.

Jangan karena teman, karena manajer kita, karena Bos kita atau bahkan karena kekasih kita, kita jadi berubah pilihan tanpa dasar untuk mengikuti mereka karena belum tentu pilihan itu adalah pilihan yang terbaik. Tetaplah lakukan analisa-analisa menurut kita sendiri untuk melihat mana yang terbaik.

Nothing is perfect, begitu juga seorang pemimpin namun kita masih bisa memilih yang terbaik dari yang terbaik. Maka dari itu pilihlah best of the best untuk Indonesia tercinta ini. Salam Demokrasi.

^HEndori^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun