Mohon tunggu...
Hendi Wisma
Hendi Wisma Mohon Tunggu... Profesional -

Just ordinary person who love love love his family. Working as Mechanical Designer as passion. Sometimes play guitar, sometimes piano, and another time writing as hobby.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara yang Baik

29 Juni 2013   06:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:16 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pas pulang nyetel tipi, ada acara bagus ttg budaya dan kebiasaan tiap negara. Dihadirkannya bintang tamu dari berbagai negara, ada yang berasal dari Iran, Korea Selatan, Italia, Amerika, Finlandia, Cina, Brazil dll. Tak lupa juga dari Indonesia jg turut serta. Semua warga negara ini rata-rata bisa berbahasa Jepang dg lancar krn acaranya disiarkan ke seluruh Jepang. Mungkin produsernya bermaksud biar warga negara di Jepang sendiri juga mengenal budaya, kebiasaan, dan keunikan negara-negara lain. Seringpula diadakan rangking-rangkingan, misalnya urutan negara yg paling diminati wisatawan, negara yg paling sopan dll. Sekilas tampak sederhana, namun cukup untuk menggambarkan kondisi suatu bangsa.

Kali ini mengadakan rangking-rangkingan "negara yang baik". Diambillah sample 5 negara: Australia, Etiopia, Finlandia, Indonesia dan tentunya Jepang krn acaranya disiarkan lokal. Nge-tesnya sederhana, ada seorang mbak2 (lokal, sesuai negaranya) yg abis belanja kesulitan bawa banyak barang belanjaan - yang gk kebawa sekali jalan ke mobil di parkiran. Mbak2nya berakting seolah2 kesulitan membawa barang sekaligus. Penilaiannya berdasarkan ada enggaknya orang yg nolongin bawa barang dalam 1 jam. Dan hasilnya: Finlandia 13 org, Australia 12 org, Jepang 7 org, Etiopia 3 org, dan Indonesia 2 org.

Di Finlandia yg menolong mbak2 sebagian besar wanita juga, ada jg nenek yg jalannya saja pakai walker beroda dibela-belain bawa kereta dorong ke mbaknya. Di Australia tampaknya sangat friendly, saling menolong ketika yg lain kesulitan sudah mjd refleks. Di Jepang lebih sedikit drpd Australia, mgkn krn org Jpg pemalu, mikir panjang buat nolong, ada yg ngeliatin yang akhirnya dibawain kereta dorong saja. Org Jpg mgkn jarang yg berani membuka pembicaraan/menyapa lebih dahulu kpd org yg tdk dikenal, tapi Insya Allah hatinya baik-baik. Di Etiopia, bnyk yang mau nolongin tapi sebagian besar bermotif mencari tips dari membawakan barang. Yg saya sedih di Indonesia kenapa cuma 2 org yang mau nolongin bawain barang saja dalam sejam, pdhal bnyk juga yg lewat. Ada ibu2 yg lewat dan tahu ada mbak itu kesulitan bawa barang, berjalan dg pandangan kesana kemari, yg kmd diwawancara knp si mbak enggak ditolongin. Apa jawabannya, "lha mbaknya gk minta tolong ...".

Apakah Anda berkenan menolongnya juga atau tidak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun