Mohon tunggu...
Marhendi Wijaya
Marhendi Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - ASN, Pranata Humas Kementerian Kominfo

Belajar dan terus belajar.....

Selanjutnya

Tutup

Financial

Penanganan Pangan Kunci Kebangkitan Ekonomi

18 Oktober 2022   16:00 Diperbarui: 20 Oktober 2022   09:07 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Kolaborasi penanganan pangan yang tepat diyakini mampu menjadi titik tolak kebangkitan ekonomi yang mampu membebaskan dunia dari jeratan krisis.

 

Food and Agriculture Organization (FAO) atau organisasi pangan dan pertanian melaporkan, sedikitnya ada 970 ribu orang diperkirakan berisiko kelaparan di lima negara Asia dan Afrika. Kelima negara tersebut adalah Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan, dan Yaman.

Jika merujuk data terakhir tentang ketahanan pangan dan gizi dari FAO, pada 2021 terdapat 828 juta orang kelaparan, sedangkan 3,1 miliar orang tidak mampu membeli atau mendapatkan makanan yang sehat dan layak. Kondisi tersebut tentu akan semakin memburuk jika tidak ada tindakan yang diambil. Lebih lanjut, FAO memproyeksikan sepanjang Oktober 2022 hingga Januari 2023 kerawanan pangan tingkat akut secara global akan terus meningkat.

Bertepatan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia 2022 FAO mengusung tema “No One Left Behind” atau "Tidak ada satupun yang tertinggal”. Tema itu jelas memiliki kaitan dengan konteks krisis ketahanan pangan global yang kini kian memburuk dan sedang dirasakan saat ini.

Sementara itu, dalam Global Report on Food Crisis (GFRC) 2022 diperkirakan pada periode tersebut akan ada 205 juta orang di 45 negara yang berpotensi menghadapi kerawanan pangan akut dan membutuhkan bantuan pangan yang mendesak. Kalau dijumlahkan dari data terbaru pada 2021, diperkirakan akan mencapai 222 juta orang di 53 negara yang tercakup dalam GFRC 2022.

Jika dibanding dengan kasus serupa yang terjadi sebelumnya, krisis saat ini memang cukup memprihatinkan. Jumlah tersebut juga tercatat menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun sejarah laporan. Melonjaknya harga pangan, energi, pupuk, hingga konflik Rusia-Ukraina kian memperburuk situasi yang sebelumnya telah berada dalam kondisi tidak baik akibat dampak pandemi Covid-19.

Dan yang terjadi saat ini, secara implisit, menegaskan adanya keterkaitan erat antara poros perekonomian dunia dan kehidupan antarnegara. Sehingga sudah semestinya, masyarakat dunia memiliki kesadaran untuk mau partisipasi secara aktif dan bergotong royong agar bisa segera keluar dari kesulitan.

Sebagaimana diungkapkan Direktur Jenderal FAO QU Dongyu dalam pidatonya baru-baru ini bahwa dalam menghadapi krisis pangan global perlu kiranya memanfaatkan kekuatan solidaritas dan momentum secara kolektif. Itulah sebabnya, Dongyu segera mengutarakan keinginannya membangun masa depan yang lebih baik, agar setiap orang dapat memiliki akses cukup untuk memperoleh makanan yang bergizi.

Ketahanan Pangan Indonesia

Mencermati perkembangan krisis ketahanan pangan global yang terjadi, sejatinya warga di tanah air sungguhlah patut bersyukur. Betapa tidak. Indonesia kini masuk dalam kategori negara dengan kekuatan ketahanan pangan yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun