Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Shanghai, Metropolitan Kapitalis di Negara Komunis

9 Februari 2012   14:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini saya berusaha menggali memori tentang Shanghai yang terbenam dalam otak saya selama hampir 7 tahun.  Pada pertengahan tahun 2005 saya mendapat tugas menghadiri company meeting di Shanghai.  Tugas yang menyenangkan, walaupun harus melakukan presentasi dan diskusi yang memakan enerji selama 3 hari, tentu ada manfaat sampingan yaitu pengalaman berkunjung ke sebuah kota yang dijalankan serupa negara kapitalis di sebuah negara komunis. Perjalanan dilakukan malam hari dengan route Jakarta - Singapura - Shanghai, dengan demikian tiba di Shanghai pada pagi hari dan masih sempat istirahat sehari karena company meeting dilakukan keesokan harinya. Jalur Khusus Imigrasi Untuk Warga Hongkong, Macau dan Taiwan Di Bandara Pudong pagi itu cukup ramai penumpang pesawat dari mancanegara yang baru mendarat di Shanghai. China rupanya memperlakukan warga Hongkong, Macau dan Taiwan secara khusus.  Warga ketiga wilayah China tersebut disediakan jalur imigrasi khusus. Hongkong dan Macau walaupun secara resmi sudah kembali di bawah kedaulatan China, secara ekonomi kedua wilayah tersebut mempunyai otonomi khusus, misalnya Hongkong tetap menggunakan mata uang Dollar Hongkong.  Sedangkan Taiwan sejauh ini hanya sebatas diklaim sebagai bagian dari China, karena de facto Taiwan tetap berdiri sebagai negara merdeka dan secara politik maupun ekonomi terpisah dari China.  Tak ada masalah bagi warga Taiwan berkunjung ke daratan China, seperti halnya salah satu rekan satu team asal Taiwan yang bergabung dalam company meeting di Shanghai tersebut. Sistem Transportasi Kota [caption id="attachment_169826" align="alignright" width="300" caption="Maglev Train Station (Doc. Hendis)"]

13288008511865800164
13288008511865800164
[/caption] Begitu mendarat di bandara Pudong yang antik di pinggiran Shanghai, menyelesaikan urusan imigrasi dan mengambil bagasi, saya mencari kendaraan menuju hotel di kota Shanghai.  Moda angkutan yang saya pilih adalah Maglev Train, sebuah kereta api cepat mirip Shinkansen di Jepang.  Sungguh kereta api bermodel peluru dengan kecepatan tinggi ini nyaman sekali, bersih, tak terasa berguncang dan tentu saja cepat. Kereta cepat modern semacam ini mirip moda transportasi  yang disediakan pemerintah Malaysia untuk route KL International Airport ke kota Kuala Lumpur.   Mudah-mudahan route Jakarta - Bandara Soekarno Hatta segera mempunyai moda angkutan kerete cepat, bersih, nyaman dan aman, tak perlulah secanggih kereta peluru di Shanghai dan Kuala Lumpur. Moda transportasi dalam kota yang sempat saya gunakan  taksi dan subway.  Subway menghubungkan dua wilayah kota Shanghai yang terbelah oleh sungai Huangpu.  Di suatu titik subway saya duga melintas di bawah sungai Huangpu, luar biasa penguasaan teknologi teknik sipil negara China ini. Menara TV, Sungai Huangpu dan Nanjing Road [caption id="attachment_169766" align="alignleft" width="265" caption="Menara TV Shanghai dilihat dari seberang sungai Huangpu. (sumber: Google.co.id)"]
13287810101688853950
13287810101688853950
[/caption] Ketiga tempat ini merupakan landmarks kota Shanghai.   Menara TV Shanghai (The Oriental Pearl TV Tower) termasuk salah satu menara tertinggi di dunia, dari menara kita dapat menikmati pemandangan kota Shanghai dari udara, termasuk melihat sungai Huangpu yang mengalir tenang dan kerapkali terlihat kapal-kapal sungai melintas.  Menara TV Shanghai cukup ramai dikunjungi turis asing maupun domestik. Sungai Huangpu sebuah sungai kira-kira selebar sungai Musi di Palembang, ramai dilalui kapal-kapal sungai pengangkut barang dari Shanghai ke pedalaman dan sebaliknya.   Di tepi sungai Huangpu juga ada suatu tempat yang disebut Bund, salah satu tempat yang ramai dikunjungi orang untuk berjalan-jalan maupun untuk melihat pemandangan sungai Huangpu dan memandang menara TV Shanghai (The Oriental Pearl TV Tower).  Sayang tak sempat mencoba Huangpu River Cruise, yang disediakan untuk menikmati keindahan malam hari sungai Huangpu dan bangunan-bangunan indah kota Shanghai seperti jembatan Nanpu dan Yangpu serta Menara TV Shanghai. [caption id="attachment_169786" align="alignright" width="144" caption="Bulatan Pertama Menara TV Shanghai (Doc. Hendis)"]
13287862411895992523
13287862411895992523
[/caption] Sebuah tempat yang disarankan rekan saya, warga Shanghai, adalah Nanjing Road.   Ternyata Nanjing Road itu satu jalur jalan dimana berderet pertokoan mulai yang besar, sedang sampai kaki lima.  Barang-barang yang dijual tentu saja layaknya sebuah pertokoan dimanapun sama.   Mainan anak-anak made in China yang saat ini marak dijual di Jakarta dan wilayah Indonesia lainnya, dapat diperoleh dengan harga miring, apalagi bila menawarnya menggunakan bahasa Mandarin.  Seingat saya sepanjang Nanjing Road hanya digunakan oleh pejalan kaki saja, sebuah special pedestrian road sekaligus tempat belanja yang nyaman. Perilaku Anak Muda Shanghai Perilaku anak muda Shanghai termasuk mengejutkan bagi saya yang membayang Shanghai sebuah kota di negara komunis yang kaku.  Tengoklah mereka tak segan-segan mencat rambutnya menjadi pirang, berpakaian lumayan modis layaknya anak muda Jakarta.  Anak muda lelakinya juga banyak yang menggunakan anting di kuping, berpasang-pasangan terlihat mesra di subway, mungkin anak-anak muda Jakarta pun kalah berani. [caption id="attachment_169830" align="alignleft" width="300" caption="Nanjing Road (Sumber: chinaodysseytours.com)"]
13288011701032401822
13288011701032401822
[/caption] Satu hal lagi yang mengejutkan, waktu kami berjalan di Nanjing Road bertemu seorang gadis cantik usia sekitar 18 - 20 tahun, tinggi seukuran rata-rata wanita Asia, wajahnya bersih dan kekanak-kanakan, mirip mahasiswi universitas papan atas di Jakarta, dengan beraninya ia mengajak kencan -dengan bahasa Inggris lumayan lancar- pada salah seorang teman dalam rombongan kami.  Kami yang sedang jalan-jalan berbasa-basi, saya trenyuh menyaksikan  keberanian gadis sepantaran anak saya itu  - apakah ia butuh uang? -  dan teman satu rombongan pun menolak halus ajakan gadis itu. Pada malam hari pertama, staff kantor regional Shanghai setelah makan malam bersama,  mengajak rombongan kami pelbagai bangsa Asia Pasifik mengunjungi sebuah tempat yang menjual berjenis-jenis teh dan kopi, sayang saya lupa nama tempat yang unik tersebut. [caption id="attachment_169831" align="alignright" width="270" caption="Di tepi Huangpu - Menara TV Shanghai terlihat sebagian (Doc. Hendis)"]
13288017651507262555
13288017651507262555
[/caption] Shanghai ternyata sebuah kota besar dunia bersuasana tak jauh beda dengan Tokyo, Singapura  atau Jakarta, kantor regional perusahaan multi nasional bertebaran di sana. Shanghai memiliki sisi baik dan buruk, ada tempat tempat indah dan bersejarah -yang tak sempat saya datangi satu per satu-, ada sisi kemajuan teknologi yang belum ada di negara kita, tapi Shanghai juga punya pedagang kaki lima di Nanjing Road sama halnya dengan Pasar Baru Jakarta. Jauh panggang dari api bila kita membayangkan sebuah kota yang kaku karena alasan ideologi negaranya Komunis.  Entah di bagian mana pula mungkin masih ada kantung-kantung wilayah miskin yang tak sempat saya ketahui.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun