Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

RMP Sosrokartono, Poliglot, Orang Indonesia Pertama Kuliah di Eropa

16 September 2012   08:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:23 3061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat membaca rubrik Persona tentang Radhar Panca Dahana di Kompas Minggu, 16 September 2012.  Radhar menyatakan ia menaruh respek tinggi kepada RMP Sosrokartono, kakak RA Kartini. Radar berkata, "Dia pribadi yang luar biasa. Saya kira ia pelajar paling genial. Soekarno, Tan Malaka kalah genius".  Sungguh saya tertarik dengan sebutan lebih jenius daripada Sukarno, lebih-lebih ditambahkan bahwa RMP Sosrokarsono lulusan Universitas Leiden dengan nilai summa cumlaude, menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa lokal.  Ruarrrr biasa, mungkin tak ada orang Indonesia setelah RMP Sosrokartono mampu bertutur dalam puluhan bahasa (poliglot).

RMP Sosrokartono atau Raden Mas Panji Sosrokartono, lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing, 10 April 1877.  Beliau anak Bupati Jepara RM Adipati Ario Sosroningrat, yang juga ayah Raden Ajeng Kartini, karena RMP Sosrokartono adalah kakak kandung RA Kartini.

Berhubung anak seorang ningrat tinggi, RMP Sosrokartono mendapat pendidikan sekolah Belanda bukan hanya di Tanah Air, tapi juga di Belanda.  Setelah menamatkan Europesche Lagere School (ELS) di Jepara, ia melanjutkan ke Hogere Burgerschool (HBS) di Semarang dan pada tahun 1898 ia berlayar ke Negeri Belanda melanjutkan kuliah di Sekolah Teknik Tinggi Delft dan kemudian pindah mempelajari bahasa dan kesusasteraan timur  di Leiden sampai lulus summa cumlaude bergelar Doctorandus (Drs).

RMP Sosrokartono tinggal di Eropa selama 29 tahun melanglang Eropa, mulai dari Belanda, Belgia, Perancis, Austria, Swiss dan lain lain negeri.  Ia mengalami Perang Dunia I dan berperan sebagai wartawan perang selama Perang Dunia I, sebagai wartawan perang ia mewakili koran New York Herald dengan penghasilan sangat tinggi, USD 1250, ia bisa hidup mewah di Eropa.  Pekerjaan lain yang ia tekuni adalah penterjemah di Wina, Austria, penterjemah di Kedutaan Besar Prancis di Den Haag dan akhirnya menjadi penterjemah di Liga Bangsa Bangsa di Jenewa, sesuai keahliannya menguasai puluhan bahasa dunia  -ada yang mengatakan 17, 24 atau 26 bahasa dunia di luar bahasa-bahasa lokal di Indonesia-

RMP Sosrokartono sutu hari secara tak sengaja menyembuhkan seorang anak usia 12 tahun yang sedang sakit keras hanya dengan meletakkan telapak tangannya pada dahi anak tersebut.  Kejadian yang disaksikan oleh dokter-dokter yang tak berhasil menyembuhkan sakit anak tersebut menyebabkan seorang ahli Psychiatrie dan Hynpnose menyatakan bahwa RMP Sosrokartono mempunyai  daya persoonalijke magnetism yang sangat besar.  Itulah yang menyebabkan ia pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek.  Sayang ia tak dapat mengikuti seluruh kuliah, karena ia hanya lulusan sekolah bahasa bukan lulusan sekolah kedokteran, barangkali zaman sekarang sekolah itu sekolah dokter spesialis Psikiatri.  Hal ini mengecewakannya dan menimbulkan inspirasi baginya untuk pulang ke Tanah Air membaktikan hidupnya untuk orang-orang sebangsa setanahair..

Mohammad Hatta pernah menulis "Kartono, intelektual yang menguasai 17 bahasa asing itu, mudah diterima kalangan elite di Belanda, Belgia, Austria, dan bahkan Prancis. Ia berbicara dalam bahasa Inggris, Belanda, India, Cina, Jepang, Arab, Sanskerta, Rusia, Yunani, Latin".   Hatta menambahkan  bahwa Sosrokarsono juga pandai berbahasa Basken (Basque), satu suku bangsa Spanyol -Basque adalah wilayah yang bergolak sampai sekarang ingin memisahkan diri dari Spanyol, seperti halnya Catalonia-.

Selain puluhan bahasa Asing yang ia kuasai, RMP Sosrokartono pastilah menguasai bahasa Melayu / Indonesia, bahasa Jawa dan kemungkinan ia juga menguasai bahasa Sunda karena sejak kembali dari Eropa pada tahun 1926, RMP Sosrokartono berdomisili di Jalan Pungkur 19, Bandung sampai wafat pada Jumat Pahing, 8 Februari 1952.

Seandainya saja keterampilan bermacam-macam bahasa itu sempat ia ajarkan kepada generasi muda saat itu.  Pangeran tampan dari Tanah Jawa ini wafat tanpa pernah menikah.

Sumber antara lain:


  1. http://xendro.wordpress.com/2007/10/24/rm-panji-sosrokartono/
  2. http://triscbn.wordpress.com/pustaka-jawa/ajaran-rmp-sosro-kartono/
  3. Kompas Minggu, 16 September 2012, halaman 23

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun