Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo vs Jokowi di Panggung Pidato, Siapa Unggul?

4 Juni 2014   14:44 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:25 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pidato selama 3 menit pada waktu penetapan nomor urut Capres-Cawapres di Gedung KPU 1 Juni 2014 dan pidato selama 5 menit pada deklarasi pilpres damai 3 Juni 2014 di Hotel Bidakara Jakarta merupakan pidato wajib yang diatur KPU bagi Capres Prabowo dan Capres Joko Widodo. Wajib artinya harus dijalani, tak bisa ditolak, pidatopun bukan hanya sekadar basa-basi, kesempatan tersebut dalam sebuah kontes pemilihan Presiden Republik Indonesia seharusnya dimanfaatkan setiap Capres untuk memberi kesan baik, cerdas, kapabel, menarik bagi calon-calon pemilih.

Pada waktu berpidato sekitar 3 menit di gedung KPU, isi pidato Prabowo hal-hal netral yang tidak menyinggung angka atau nomor urut yang ia peroleh, sedangkan Jokowi langsung membahas apa arti angka dua yang ia peroleh sebagai nomor urut Capres. Sayangnya Jokowi keceplosan mengucapkan kalimat penutup "Pilihlah nomor 2", yang tentu saja siapapun -jika mau jujur pada diri sendiri-  sulit memungkiri itu kalimat kampanye -sebelum waktunya- yang sangat tersurat, di hadapan KPU dan Bawaslu pula.  Kedua Capres juga membuka pidatonya dengan cara yang berbeda, Prabowo yang mendapat giliran berpidato pertama menyapa tokoh-tokoh yang hadir satu per satu, sedangkan Jokowi tidak menyapa satu persatu, hanya kalimat pembuka Jokowi diimbuhi dengan kalimat pembuka ala 'pesantren' yang cukup fasih.

Semalam di Bidakara, kedua Capres kembali harus tampil sepanggung pada acara deklarasi pilpres damai. Prabowo sebagai calon nomor urut 1 kembali berpidato lebih dahulu. Struktur pidatonya mirip dengan pidato di gedung KPU hari Minggu lalu, ia menyapa satu per satu para tokoh yang hadir termasuk menyapa Jokowi dan Jusuf Kalla-, ia berpesan cukup jelas bahwa pilpres damai adalah satu keharusan dan ia meminta pendukungnya untuk melakukan kampanye yang sejuk dan damai, ada janji tidak akan melakukan kampanye hitam.

Bagaimana pidato Jokowi? Mirip dengan pidatonya di gedung KPU, kali inipun kalimat pembukanya persis sama, menyapa hadirin tidak satu persatu -tapi tidak secara khusus menyapa Prabowo dan Hatta Rajasa-, diimbuhi kalimat pembuka "Alhamdulillahirobbil alamin washolatu washolamu ala asyrofil ambiya i wal mursalin sayidina wahabibina wasafiina rosulillahi salallahu alaihi wassalam ajmain, ama ba'du". Isi pidato mengharapkan pilpres damai, tidak ada intimidasi dan seterusnya dan yang membedakan dengan lawannya, Jokowi tidak secara khusus mengucapkan kalimat ajakan kampanye damai untuk para pendukungnya. Di tengah pidatonya Jokowi saya dengar ia menyebut angka dua beberapa kali, mungkin maksudnya memancing perhatian hadirin -untuk tertawa-, sayangnya hadirin pada umumnya tidak menyadari bahwa itu gurauan untuk mencairkan suasana.

Keterampilan berpidato baik secara spontan maupun yang dipersiapkan terlebih dahulu memang butuh latihan dan 'jam terbang' bila ingin tampil atraktif, menarik perhatian hadirin. Siapa diantara kedua Capres yang lebih terampil berpidato sesuai dengan tema acara pada tanggal 1 Juni dan 3 Juni 2014, terserah pada penilaian dan persepsi setiap orang yang menyaksikan kedua acara di KPU dan Hotel Bidakara tersebut.

Masyarakat masih akan dapat menyaksikan penampilan sepanggung Prabowo dan Jokowi pada tiga acara debat antar Capres. Debat antar Capres tentu tidak sama dengan acara di KPU dan Bidakara, bukan pula sebuah pidato, pada acara debat para capres akan diuji wawasan dan pengetahuannya dalam bentuk pemaparan dan mempertahankan konsep, visi, misi, program dan isu terkait dari debat Capres lawannya. Mampukah para Capres mempertahankan tesisnya secara logis dan ilmiah? Masyarakat akan dapat menilai setelah tiga kali acara debat capres nanti, siapa Capres yang lebih 'unggul'.

Ujung dari masa kampanye Capres-Cawapres antara 4 Juni - 5 Juli 2014 adalah pencoblosan memilih presiden pada 9 Juli 2014.  Para pendukung fanatik kemungkinan tidak akan mengubah pilihannya, sekali si A tetap si A, tak mau beralih memilih si B, sekalipun mungkin setelah menyaksikan debat mau tak mau akan terlihat salah satu Capres terlihat lebih unggul. Para pendukung yang tidak fanatik dan masih bimbanglah yang menjadi target market para Capres-Cawapres untuk mempengaruhinya.

Cukupkah hanya menyaksikan pidato kedua Capres dan tiga kali debat Capres plus dua kali debat Cawapres? Bagi calon pemilih bebas dan relatif berpendidikan mungkin cukup. Akan tetapi bagi swing voters golongan 'akar rumput' pasti perlu penanganan lebih khusus lagi agar mereka menjatuhkan pilihan pada Capres-Cawapres nomor urut 1 atau 2. Caranya? Tim sukses kedua kubu Capres-Cawapres pasti sudah menyiapkan cara jitu mempengaruhi massa.

Kepandaian berpidato bukan segala-galanya, kemungkinan banyak yang berpendapat demikian. Sebaliknya kemungkinan banyak juga yang berpendapat kepandaian menyampaikan buah pikiran dengan jernih dan jelas menunjukkan kapabilitas orang tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun