Sudah setahun Teman Ahok berkampanye mengumpulkan fotokopi KTP warga DKI Jakarta untuk memenuhi hasrat Ahok mencalonkan diri tidak melalui Partai Politik.
Konon Teman Ahok berhasil mengumpulkan sejuta KTP, jauh melampaui syarat minimal Cagub independen yang hanya sekitar 500 - 600 ribu KTP saja.
Masyarakat Indonesia umumnya tahu akhirnya Ahok mendeklarasikan dirinya akan maju nyagub melalui dukungan Partai Politik Nasdem -Hanura- Golkar. Teman Ahok terutama elitnya formalitas terbaca setuju, namun diantara penyumbang KTP di akar rumput banyak yang kecewa tampaknya.
Dukungan tiga Partai Politik kelihatannya belum mantap bagi Ahok, ia masih sangat berharap PDIP mengusungnya juga. Gelagat ini mudah dibaca dari komentar Ahok ketika bicara di depan wartawan akhir-akhir ini pada banyak kesempatan. Lebih spesifik lagi ketika Ahok 'diantar' Presiden Jokowi berkunjung ke rumah Ketua Umum PDIP, Megawati Sukarnoputeri, bahkan mereka bertiga semobil menuju perhelatan Partai Golkar.
'Kedekatan' yang dipertunjukan tiga tokoh politik ini ternyata belum menjamin tiket Cagub dari PDIP untuk Ahok. Bu Mega bilang harus ikut mekanisme partai. Â Mungkin Ahok harus melamar dulu seperti bakal calon Gubernur DKI lain yang dijaring PDIP dari non kadernya?
PDIP sebagai partai besar tentu jika memilih Cagub diperhitungkan yang peluang menangnya besar dan Ahok cukup besar peluangnya jika membaca banyak survey elektabilitas yang diselenggarakan pelbagai lembaga survey.
Bahkan Profesor Hamdi Muluk dari Fakultas Psikologi UI berdasarkan hasil penelitiannya berani mempertaruhkan nama besar UI, mengatakan jika PDIP tidak memilih Ahok akan kalah pada Pemilu 2019!. Entah PDIP percaya penelitian Profesor Hamdi Muluk atau mengabaikannya.
Ada persoalan prinsip dan juga gengsi bagi PDIP untuk hanya jadi pendukung atau pengusung Ahok :
- PDIP punya mekanisme penetapan Cagub yang tak dapat dilanggar begitu saja.
- Jauh hari Ahok sudah menyatakan akan nyagub sebagai calon independen. Harian Terbit 7 Juni 2016 memuat berita : "Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, dirinya sudah tidak bisa kembali untuk mencalonkan diri melalui jalur partai. Sebab relawan Teman Ahok telah berupaya mengumpulkan dukungan melalui jalur independen".
Apakah PDIP akan mencalonkan Ahok atau tokoh lain tentu terserah Ketua Umum PDIP. Apakah PDIP percaya 'ramalan' Profesor Hamdi Muluk? Apakah PDIP mengabaikan omongan Ahok yang semula terkesan 'anti' partai politik?.
Politik memang bukan ilmu pasti, perubahan keputusan yang bertolak-belakang 180 derajat sekalipun bukan mustahil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H