Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lakukan Kaizen - Continuous Small Improvement

4 Desember 2014   23:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:02 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Rutinitas bukan hal jelek, namun bila tak hati-hati kita akan terjebak dengan rutinitas tersebut dan kualitas hasil kerja atau kualitas aktivitas begitu-begitu saja, apalagi bila rutinitas tersebut membuahkan kegagalan mencapai suatu target.

Beberapa kasus berikut merupakan buah dari kaizen, small  and continuous improvement, perbaikan kecil  terus menerus, yang harus di lakukan agar kesalahan tidak berulang.

Perjalanan Cimanggis - Bandara Sukarno Hatta

Satu hari pada bulan Desember 2011 saya sekeluarga terlambat check in 15 menit di konter Air Asia, kami tiba pukul 9.15 untuk penerbangan ke Bali, sedangkan limit waktu yang ditetapkan pukul 9. Akibatnya kami ditolak terbang dan harus beli tiket baru dengan memperhitungkan nilai tiket lama dipotong 50%, bila ingin tetap naik Air Asia penerbangan berikutnya.

Mengapa terlambat 15 menit? Setelah ditelusuri pagi itu kami berangkat naik taksi dari rumah di Cimanggis pukul 6 pagi, dengan harapan pukul 8.30 telah tiba di terminal 3.  Jalan keluar agar lain kali tidak terlambat tiba di Bandara, saya atau keluarga saya harus berangkat lebih pagi misalnya pukul 5 untuk limit check in pukul 9 pagi.

Tanggal 28 November 2014 saya terbang ke Yogyakarta bersama Kompasiana dan JNE, pesawat take off pukul 5.40, artinya sekitar pukul 4 pagi saya sudah harus tiba di bandara.  Apakah saya harus berangkat pukul 1 pagi? Mengingat perjalanan dini hari lebih lengang dibanding perjalanan pukul 5 pagi, saya putuskan berangkat dari rumah pukul 2.30 dan ternyata pukul 3.30 telah tiba di Terminal 3.

Baca Al Quran Tidak Lancar

Saya tidak buta huruf aksara Arab sama sekali, karena ketika usia SD pernah belajar dua tahun di madrasah seusai sekolah dasar negeri. Artinya pernah belajar membaca dan menulis huruf Arab. Ditambah lagi malam hari belajar mengaji di sebuah pengajian sampai tamat Juz Amma.

Sampai saya dewasa ternyata saya hanya mampu membaca Juz Amma atau surat-surat pendek Al Quran. Ketika membaca surat Al Baqoroh hanya lancar sampai beberapa ayat, selanjutnya merasa tidak mampu.

Hal ini lama dibiarkan sampai suatu saat saya punya tekad kenapa kualitas hidup relijius saya tidak meningkat, apakah karena ada hambatan kurang lancar membaca Al Quran?

Dengan niat kuat ingin lancar membaca Al Quran saya harus mengatasi kelemahan saya dengan cara belajar lagi, bila perlu mulai belajar mengeja huruf per huruf lagi. Saya ikut kursus kilat dua hari membaca Al Quran di sebuah surat kabar di sekitar Pejaten. Seorang guru agama lulusan IAIN menawarkan cara belajar membaca Al Quran kilat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun