Rabu 22 Agustus 2012 sekitar pukul 12 WIB, anak sulung saya menelpon dari Bandung menanyakan apakah saya, ibunya dan adik-adiknya sudah makan siang?  Saya jawab kami sudah makan siang kepagian pukul 11 di Km 57 Jalan Tol Jakarta - Cikampek. Saat ditelepon kami di jalan tol Cipularang menjelang pintu keluar tol Pasteur. Anak sulung saya minta kami menuju Jalan Trunojoyo, ke rumah makan Nasi Bancakan. Jalan Trunojoyo tak jauh dari Jl LLE Martadinata. Karena keasikan mengobrol, pintu keluar ke arah Pasteur terlewat, padahal selama ini hanya lewat Pasteur saya tahu sedikit kota Bandung, karena aktivitas di Bandung tak pernah jauh dari Cihampelas, Ciumbuleuit, Dago, Gedong Sate, Wastukancana, Kebon Kawung dan sekitar Balekota Bandung.  Apa boleh buat mundur lagi tak mungkin, mobil saya arahkan ke pintu keluar Pasir Koja, lalu dipandu GPS dari HP anak saya, setelah bayar tol belok kiri ke arah Jalan Soekarno-Hatta, lurus sampai bertemu bundaran, belok kanan ke Jalan Elang Raya yang unik -arah kendaraan seperti di negara-negara bermobil stir kiri-, belok kanan ke jalan Rajawali, belok kiri ke Jalan Garuda, lalu luruuuus ke Jalan Pajajaran dan seterusnya bertemu Jalan LLE Martadinata, sampailah di Jalan Trunojoyo.  Bagi orang Bandung atau yang hapal jalan-jalan di Bandung mungkin sepele cara saya mencari Jalan Trunojoyo melalui jalan yang tak biasa saya lalui. Setiba di Rumah makan nasi Bancakan di Jalan Trunojoyo, anak saya ternyata masih antri mengambil makanan, padahal waktu pertama kali dia menelpon sampai kami tiba di rumah makan ada tenggang waktu hampir satu jam. Rupanya rumah makan ini termasuk laris diburu para turis lokal dari Jabodetabek dan wilayah Indonesia lainnya, terlihat beberapa mobil berpelat nomor F -Bogor -, Z -Priangan Timur-, AB -Yogyakarta-, selain dominasi pelat nomor B dan D. Saya perhatikan pengunjung rumah makan rela antri panjang dan butuh waktu paling cepat 30 menit untuk mendapat makanan, belum lagi bila tempat duduk dan meja masih digunakan tamu lain, masa tunggu para tamu rumah makan Nasi Bancakan makin lama lagi. Saya perhatikan dari makanan yang dibawa anak saya ke meja -karena saya tidak ikut makan siang lagi-, menu masakan yang disediakan adalah makanan Sunda yang sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia pada umumnya. Siapa pengusaha resto Sunda di Jalan Trunajaya eh Trunojoyo ini? Saya lihat spanduk di sekitar rumah makan ada tertulis Abah Mang Barna dan Abah Momod. Mungkin kedua nama tersebut nama julukan bagi orang yang sama.  Di salah satu pojok rumah makan ada tertulis pengumuman bahwa si Abah tidak membuka cabang di tempat lain, rumah makan Nasi Bancakan di Jalan Trunojoyo adalah the only one rumah makan Nasi Bancakan di dunia. Lokasi Jalan Trunojoyo Bandung, dahulunya merupakan daerah elit, setara Dago. Memang banyak rumah perumahan elit tempo doeloe di Bandung -seperti halnya di Bogor- banyak yang berubah menjadi tempat usaha, mulai hotel, factory outlet dan restoran. Jangan lupa banyak bisnis UKM mungkin lebih tepat bisnis mikro yang tumbuh pula di sekitar lokasi itu, mulai warung-warung makan sederhana, pikulan tahu goreng, es durian sampai para penjual kaus sepakbola yang digandrungi anak-anak remaja. Rumah di Jalan Trunojoyo mestinya sangat mahal, saya pikir Mang Barna atau Abah Momod ini bukan Abah sembarang Abah. [caption id="attachment_208218" align="aligncenter" width="352" caption="Nasi Bancakan - Jalan Trunojoyo, Bandung (Dok. HendiS)"][/caption] [caption id="attachment_208219" align="aligncenter" width="346" caption="Rumah Makan Nasi Bancakan, Bandung (Dok. HendiS)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H