Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bandung Heurin Ku Tangtung, Heurin Ku Mobil

27 Agustus 2012   00:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:17 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_208771" align="aligncenter" width="529" caption="Bandung heurin ku imah (Dok. HendiS)"][/caption] Ramalan Sunda Kuno yang pernah dikawihkan (dinyanyikan) mungkin tahun 1950an - 1960an, saya masih ingat sebaris kawih dalam bahasa Sunda tersebut "  Dilingkung gunung, heurin ku tangtung, puseur kota nu mulya Parahyangan.  Bandung..Bandung... Sasakala Sangkuriang..".   Kota Bandung yang dikelilingi gunung suatu saat diramal akan heurin ku tangtung atau padat penduduknya.  Dalam bahasa Sunda heurin artinya sempit, berdesakan, sedangkan tangtung atau nangtung artinya berdiri, jadi heurin ku tangtung artinya orang berdiri berdesakan atau padat penduduk. Bandung sekarang berpenduduk 2,4 juta jiwa, padahal kota kembang yang dulu dijuluki Parijs van Java ini didesain hanya untuk sekitar 600 ribu penduduk saja.  Dapat dibayangkan daya dukung lingkungan Kota Bandung sudah terengah-engah menyangga kelebihan 1,8 juta penduduknya yang hidup berdesakan. [caption id="attachment_208813" align="aligncenter" width="519" caption="Operasi yustisia tak mengatasi Bandung heurin ku tangtung (Foto  sebuah siaran berita TV)"]

13460284061307928811
13460284061307928811
[/caption] Puseur kota nu mulya Parahyangan -Ibu Kota Parahiangan-, mau tak mau harus menerima takdir menjadi kota yang padat tetapi sangat disukai pendatang, baik untuk tinggal di Bandung mencari nafkah, mencari ilmu, maupun untuk berwisata dan berbelanja terutama setiap hari Sabtu dan Minggu atau pada hari-hari libur nasional. Kita tunggu  orang-orang pandai di Kantor Gubernur Jawa Barat dan Kantor Walikota Bandung dibantu atau diarahkan pakar-pakar di ITB yang ahli tata kota, apa buah pikiran mereka untuk mengembalikan citra dan kenyataan bahwa  Bandung suatu saat cocok lagi disebut Parijs van Java yang penuh bunga dan berhawa sejuk. Bandung heurin ku tangtung, heurin ku factory outlet, heurin ku motor, heurin ku imah, heurin ku gedong sigrong dan last but not least heurin ku mobil urang Jakarta tiap Sabtu - Minggu.  Dari ITB ke Cihampelas makan waktu satu jam euleuh-eleuh ... Cihampelas dari pagi sampai malam padat merayap euy ! [caption id="attachment_208773" align="aligncenter" width="543" caption="Bandung heurin ku mobil, heurin ku motor (Foto  sebuah siaran berita TV)"]
1345984690526704893
1345984690526704893
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun