Mungkinkah Rhoma Irama dianugerahi Doktor Kehormatan dalam bidang musik di Indonesia? Sebagai kemungkinan tentu mungkin saja apakah derajat kemungkinan terjadinya besar atau kecil adalah hal lain.
Di Indonesia banyak perguruan tinggi ex IKIP yang mempunyai jurusan Seni Musik. Sebut saja beberapa ex IKIP yang kini telah berubah bentuk menjadi universitas, seperti Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan beberapa universitas ex IKIP lainnya, ditambah tentu saja perguruan tinggi seni seperti Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta atau Institut Kesenian Jakarta. Jurusan musik di universitas mana yang pernah menghasilkan doktor? Bila ada maka legitimasi universitas tersebut makin kuat untuk memberikan gelar Doktor Kehormatan bagi seseorang yang dinilai berprestasi besar dan mempengaruhi seni musik Indonesia.
Misalnya Rhoma Irama akan diberi gelar Doktor Kehormatan oleh salah satu universitas yang saya tulis di atas, terutama yang pernah menhasilkan Doktor, bisa saja dilakukan pengkajian terhadap perjalanan bermusik Rhoma Irama, sejak ia masih main band memainkan lagu-lagu barat sampai eksistensi musik dangdut saat ini di Indonesia dan mungkin di ASEAN. Perhatikan perkembangan musik dangdut yang tahun 1960an merupakan musik rakyat jelata yang dianggap kampungan dengn lirik mendayu-dayu dan kadang-kadang syairnya bernuansa porno, lalu setelah ada Oma Irama seorang pemuda yang main band aliran Rock pindah jalur ke musik Melayu yang lalu dikenal sebagaidangdut, mungkin perubahan ini bisa disebut evolusi musik dangdut bila sebutan revolusi dianggap berlebihan. Musik yang tadinya ke-India-Indian dengan suara gendang yang bunyinya dut dut dut, lalu berubah menjadi musik yang lebih ngerock walaupun bunyi dangdutnya yang khas masih ada.
Selain musik rock mempengaruhi musik Melayu aliran dangdut Oma Irama, ternyata dari sudut jumlah album yg diproduksi oleh Oma Irama yang kemudian berubah namanya jadi Rhoma Irama (Raden Haji Oma Irama) jumlahnya mungkin sudah ratusan, jumlah pendapatan yang dikumpulkan Rhoma dan grup musik Soneta entah sudah berapa milyar rupiah, belum lagi dampak ekonomi terhadap perdagangan kaset/CD/DVD/VCD yg menyerap entah berapa ribu tenaga kerja. Bisa jadi Rhoma Irama dari sisi finansial termasuk pemusik terkaya sepanjang masa di Indonesia.
Sepintas pengaruh Rhoma Irama walaupun baru di Indonesia saja bolehlah dianalogikan dengan pengaruh besar musik Beatles terhadap musik dunia dan bagaimana personil Beatles mempengaruhi gaya hidup orang muda dunia pada masanya, mempengaruhi gaya menyisir rambut para pemuda masa itu dan bagaimana mereka menjadi pemusik multi milyuner.
Alasan-alasan inilah menurut pendapat saya dapat dipertimbangkan Universitas Negeri Jakarta (d/h IKIP Jakarta) atau universitas dan Institut Seni lainnya di Indonesia atau universitas lainnya untuk mulai memikirkan memberikan penghargaan Doktor Kehormatan bagi Rhoma Irama. Mungkin saja ide yang belum tentu orisinil ini ditolak oleh sebagian masyarakat yang barangkali masih alergi terhadap dangdut karena masih dianggap musik rakyat pinggiran kelas bawah.
Musik rakyat Indonesia yang digemari rakyat kelas menengah ke bawah ini seandainya ada yang mensponsori untuk main di Harvard University atau University of California mungkin saja akan menarik perhatian dunia perguruan tinggi karena iramanya yang unik dan tak ada duanya di dunia. Gamelan sudah masuk kurikulum di jurusan musik universitas terakreditasi di Amerika seperti di University of California di Berkeley pernah merekrut Profesor Gamelan dari Indonesia, KRT Wasitodiningrat, mana tahu suatu hari musik dangdut pun menyusul gamelan akan dipelajari lebih serius di universitas terpandang di dunia.
Daripada Rhoma dikasih gelar Professor Honoris Causa yang terdengar janggal oleh universitas yang diragukan akreditasinya, mendingan Universitas dalam negeri memberi gelar Doktor Honoris Causa sebagai bukti penghargaan atas prestasi nyata Rhoma Irama di dunia musik dan ekonomi musik.
Saya sendiri bukan penyuka dangdut, tapi bila ada lagu dangdut yang enak iramanya senang juga mendengarnya. Saya pernah mendengar lagu “Darah Muda”dinyanyikan oleh SLANK bersama Rhoma Irama, rasanya terdengar lain loh lagu Darah Muda ini, sentuhan rock yang sangat kental dari SLANK saya jamin pendengar “gedongan” akan turut begoyang kaki, bukan apa-apa mendengar musik pun rupanya ada prasangka juga ....halah!
Setelah Rhoma Irama menerima Doktor HC dari UNJ atau UNY atau UPI atau ISI Yogyakarta misalnya, siapa tahu pula ada universitas terakreditasi di Amerika Serikat yang mengundangnya mengajar musik dangdut sebagai dosen tamu atau visiting professor selama satu bulan misalnya, maka sebutan Profesor untuk Rhoma Irama akan sah dan tak perlu dipersoalkan lagi, bukankah umumnya dosen yang mengajar di universitas Amerika disapa Profesor?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H