Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tim Utama Tempo Dulu Berkumpul Lagi di Liga Utama Indonesia

27 November 2017   07:53 Diperbarui: 29 November 2017   10:47 2670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 1950an - 1980an ada enam atau tujuh tim sepakbola perserikatan papan atas di Indonesia. Disebut papan atas, karena Tim sepakbola perserikatan tersebut bergantian menjadi juara PSSI atau paling tidak hampir selalu pada posisi enam besar. Perserikatan tersebut adalah PSM (Makassar), Persib (Bandung), Persija (Jakarta), Persebaya (Surabaya), PSMS (Medan), Persipura (Jayapura). Tim ke tujuh yang pernah masuk papan atas bahkan menjadi juara PSSI 1987 adalah PSIS (Semarang).

Pada tahun 1950an - 1960an belum ada klub sepakbola profesional di Indonesia. Semua pemain amatir, dalam arti tidak digaji oleh perserikatan, mungkin ada sekedar uang saku dan perlengkapan bermain sepakbola, bila bertanding. Pemain nasionalpun datangnya dari perserikatan-perserikatan tersebut. Tahun 1950an beberapa pemain top PSSI diantaranya Ramang (PSM), Jamiat (Persija), Tan Liong Houw (Persija), Ramlan Yatim (PSMS).

Jika tahun 1950an PSM sempat jadi juara PSSI, tahun 1960an awal sampai pertengahan Persib dan Persija gantian jadi juara PSSI. Pemain PSSI saat itu yang saya ingat antara lain Omo dan Wowo (Persib), Anjik, Aliandu (Persebaya). Generasi lebih muda muncul antara pertengahan hingga akhir 1960an, mereka antara lain Sucipto Suntoro, Yudo Hadianto, Iswadi (Persija), Abdul Kadir, Jacob Sihasale (Persebaya), Roni Paslah, Yuswardi (PSMS).

Tahun 1968 di Medan muncul klub semi profesional Pardedetex. Sebuah klub sepakbola yang dibiayai oleh perusahaan tekstil 'Pardedetex' dengan boss-nya T.D. Pardede yang gila bola. Pardedetex merekrut sebagian besar pemain nasional saat itu baik dari pulau Jawa, apalagi dari Medan. Maka nama-nama besar Sucipto, Yudo, Abdul Kadir, Jacob Sihasale, Roni Paslah, Yuswardi, Iswadi dan beberapa pemain nasional lainnya berseragam Pardedetex.

Klub ini bagaimanapun saat itu merupakan anggota PSMS Medan. Pardedetex tetap ikut kompetisi antar klub anggota PSMS dan pada kompetisi PSSI praktis seluruh pemain Pardedetex berganti seragam menjadi PSMS. Bahkan tim nasional Indonesia sebagian besar terdiri dari pemain Pardedetex.

Tak heran saat itu berkali-kali PSMS Medan meraih juara PSSI,  juara PON mewakili Sumatera Utara, dengan rival abadinya Persija dan terkadang Persebaya, Persib..

Setelah era Pardedetex, di Jakarta dibentuk klub semi pro Jayakarta, merekrut pemain-pemain muda terbaik Indonesia saat itu, seperti Anjas Asmara dari Medan, Andi Lala dari Makassar, Sofyan Hadi dari Jakarta. Jayakarta yang dibiayai Pemda DKI Jakarta tumbuh menjadi klub kuat di lingkungan Persija. Seperti Pardedetex, pemain Jayakarta juga praktis mewakili Persija, bahkan sebagian direkrut masuk tim nasional.

Antara generasi Pardedetex dan generasi Jayakarta ada generasi yang sedikit lebih tua dari anak-anak Jayakarta, yang paling tersohor adalah Ronny Pattinasarani, ex pemain junior PSM 1967. Ronny Pattinasarani kelak muncul seolah-olah pengganti Ramang tahun 1950an dan Sucipto Suntoro tahun 1960an akhir - 1970an awal.

Persipura Jayapura muncul belakangan setelah tim-tim besar PSMS, Persija, Persib, PSM, Persebaya meredup dominasinya di kancah nasional. Persipura yang embrionya bernama kesebelasan Irian Barat, tahun 1964 pernah melawat ke Bogor, bertanding melawan PSB Bogor, perserikatan papan tengah saat itu.

Pada pertandingan tersebut penonton sering tergelak dengan permainan pemain Irian Barat, yang terlihat seperti baru belajar menendang bola. Skor akhir pertandingan 4 - 3 untuk kemenangan Irian Barat. Para pemain PSB Bogor terlihat mengalah pada saudara muda yang baru kembali ke pangkuan Republik Indonesia. Saat ini situasi terbalik, tim Irian Barat telah berubah menjadi Persipura dan kekuatannya jauh di atas PSB Bogor. Kapten tim nasional Indonesia saat ini dipegang Boas Solossa, pemain Persipura, salah satu pemain terbaik Indonesia saat ini.

Selamat bergabung kembali PSMS dan Persebaya di "liga utama" Indonesia. Mudah-mudah2an keberadaan tujuh perserikatan utama masa silam menyemarakan sekaligus meningkatkan mutu Liga Satu Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun