Di kota-kota besar kesadaran lingkungan para pengelola gedung perkantoran maupun gedung-gedung fasilitas umum seperti rumah sakit, gedung milik pemerintah trennya meningkat. Hal yang patut disyukuri jika para pemilik dan pengelola gedung menanam pohon langka atau pohon lainnya di lingkungan gedungnya. Selain mengamalkan upaya melestarikan plasma nutfah, paling tidak berupaya menangkal polusi kota dengan menanam "pabrik oksigen".
Tentu saja gedung yang dimaksud bukan gedung milik LIPI, bukan milik Kementerian Pertanian atau Kehutanan, tapi gedung-gedung milik perusahaan industri atau perdagangan, atau bisa juga di lingkungan sebuah rumah sakit besar, yang relatif awam dengan ilmu taksonomi.
Di sebuah rumah sakit yang tamannya asri ditanam sebatang Palem Phoenix, yang tertulis nama latinnya pada selembar papan "Phoenix Roebelenii". Penulisan seperti inilah yang saya sebut kesalahan umum. Mungkin juga di tempat lain yang bisnisnya jauh dari bidang biologi, pertanian atau kehutanan, tapi menanam pohon Jati di salah satu sudut halamannya, sebagai wujud kepedulian pada lingkungan hidup. Pada pohon Jati tersebut disertakan juga papan nama TECTONA GRANDIS misalnya.
Sebenarnya tata pemberian nama latin untuk mahluk hidup seperti pohon, tidak rumit, mudah diingat. Pemberian nama didasarkan pada metoda binominal nomenklatur karya Carolus Linnaeus.
Tiap mahluk hidup termasuk pohon diberi nama yang terdiri dari dua kata bahasa latin atau yang dilatinkan. Kata pertama merupakan nama genus dan kata kedua merupakan nama spesies.Â
Nama genus huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital selanjutnya huruf kecil, sedangkan nama spesies semua ditulis dengan huruf kecil. Misalnya pohon jati nama latinnya Tectona grandis. Pohon damar, yang banyak ditanam di Kebun Raya Bogor, nama latinnya Agathis dammara. Contoh lain yang baik untuk diketahui, nama latin padi adalah Oriza sativa.
Nama latin mahluk hidup ditulis dengan huruf miring atau digarisbawahi jika ditulis dengan huruf tegak. Misalnya kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis).
Jadi Palem Phoenix (Phoenix Roebelenii) yang saya lihat di sebuah rumah sakit, seharusnya ditulis nama latinnya Phoenix roebelenii.
Bisa juga nama mahluk hidup sampai sub spesies, sehingga nama latinnya terdiri dari tiga suku kata (trinomial nomenklatur). Biasanya pada akhir nama latin disertakan nama orang yang memberikan nama. Misalnya karet kebo (Ficus benjamina Linn). Artinya diberi nama oleh Linnaeus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H