Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Takbir Keliling Kampung

25 Juni 2017   11:35 Diperbarui: 25 Juni 2017   11:47 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Takbir keliling kampung sambil menabuh bedug yang ditaruh di gerobag dorong, biasa kami lakukan tahun 1960-an. Rombongan anak-anak kecil sampai remaja bertakbir bersama, ditonton warga yang rumahnya dilewati takbir keliling.

Ada unsur hiburan untuk anak-anak karena zaman itu hiburan paling hanya nonton TVRI, gadget belum terbayang sama sekali. Tapi dibalik suka ria merayakan kedatangan 1 Syawal sebagai hari Lebaran, tersirat juga unsur dakwah, bukankah melantunkan puji-pujian menyebut nama Allah itu ibadah juga, dakwah juga. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu akbar. Laa ilaha ilallah Allahu akbar ....

Sesuai perubahan zaman, takbir keliling meningkat mengelilingi kota, bedug ditaruh di bak mobil pick up. Diikuti rombongan anak-anak remaja bersepeda motor sambil bertakbir.

Bukan hanya kota pinggiran seperti Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, bahkan di kota metropolitan Jakarta, seingat saya takbir keliling juga ada. Gubernur Jakarta puluhan tahun membiarkan warganya bertakbir keliling kota, bergembira dan memuji nama Allah di malam takbiran.

Apakah takbiran hanya dilakukan di jalanan? Orang dewasa umumnya bertakbir di masjid, langgar, surau atau di rumah. Aktivitas bertakbir pada malam 1 Syawal adalah sunnah menurut seorang ulama di TV semalam dan alhamdulillah lumayan mendarahdaging pada kaum Muslimin di kampung dan di kota. Hehehe jadi ingat lagu Sunda 'badminton di kebon Awi', badminton di mana-mana, di kampung dan di kota.

Semalam di jalan utama perumahan kami di perbatasan Depok - Cibubur, serombongan remaja mendorong gerobag mengangkut bedug yang ditabuh bertalu-talu sambil bertakbir dengan semangat 45, hehehe.

Hampir saya cegah mereka bertakbir keliling. Bukankah Gubernur Jakarta pak Djarot melarang takbir keliling dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Muhammad Iriawan juga menghimbau jangan takbir keliling, khawatir ekses negatif, tawuran, mengganggu lalu lintas etcetera etcetera. Padahal sisi positifnya juga ada, syiar Islam lho pak. Mestinya diarahkan, dikawal biar tertib.

Untung saya menyadari wilayah tempat tinggal kami walaupun hanya berjarak 100 meter dari Jakarta Timur, Gubernurnya berkantor di Bandung. Tapi Kapolda kami kan sama, Kapolda Metro Jaya juga hehehe....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun