Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bertemu Dosen Setelah Puluhan Tahun Lulus

11 April 2016   16:30 Diperbarui: 11 April 2016   18:58 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pak Rachmatsyah (bertop), dosen saya di Fahutan IPB 1970an"][/caption]

Sejauh bagaimanapun relasi kita dengan guru atau dosen, yang pernah mengajar langsung di kelas, biasanya seorang murid atau mahasiswa akan lebih ingat dosennya dibanding pak dosen atau bu dosen mengingat mantan muridnya.

Sebagai senior citizen dapat dibayangkan guru atau dosen yang mengajar saya mestinya berusia 70 - 85 tahun. Weleh-weleh guru dan murid umumnya sudah sama-sama pensiun.

Sampai akhir 2015 guru-guru SD berusia 75-85 tahun ada tiga orang yang wafat. Saat ini guru SD berusia di atas 80 tahun yang masih sering kami undang bertemu tinggal satu orang. Hubungan baik murid-guru ini dibina kembali tahun 2012 setelah 45 tahun berpisah.

Sekitar tahun 1995-1997, 17-18 tahun setelah lulus kuliah, saya bertemu mantan dosen Ekonomi Kehutanan dan Manajemen Hutan di antrian Imigrasi Bandara Sukarno Hatta. Tak sengaja rupanya kami satu pesawat, tapi baru tahu setelah mendarat. Beliau, Dr. Herman Haeruman, sudah lupa dengan saya, tapi sebagai mantan mahasiswanya saya menyalami beliau duluan. Masih ingat ketika beliau menyapa saya "Ada bisnis di Singapura?". Saya jawab "Tugas perusahaan pak, ada rapat regional".

Hari ini, saya melihat sebuah foto di laman  FB teman saya. Ia berfoto dengan saudara-saudaranya, dua diantaranya pria. Saya tulis komen "Itu yang pakai kaus mirip dosen saya Ir Rachmatsyah Abidin". Teman saya membalas komen, " Pak Rachmatsyah itu kakak saya". Rupanya beliau membaca postingan sang adik, komentarnya ditujukan untuk saya, "Jangan salah mengenali, yang pakai kaus itu adik saya, saya sendiri yang pakai topi", tulis pak Rachmatsyah. Hahaha pangling.

Terus terang setelah berpisah 38 tahun saya mengenali postur beliau justru pada sosok adiknya, sangat mirip dengan penampilan pak Rahmatsyah tahun 1970an, ketika beliau mengajar Penyuluhan Kehutanan.

Pertemuan sengaja, tak sengaja baik bertemu muka langsung atau melalui media sosial, nilai silaturahminya tetap tinggi. Insyaallah bermanfaat, memacu semangat hidup dan insyaallah memanjangkan usia. Sesuai  tuntunan Rasulullah SAW pada sebuah hadits : "Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya ia bersilaturrahmi.”. (HR. Bukhari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun