Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Chocodot dan Chokor Made in Garut

16 Juni 2013   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_268232" align="aligncenter" width="416" caption="Buah tangan made in Garut (Dok. HendiS)"][/caption] Bagi generasi muda dan mahasiswa tahun 1970an, mungkin masih ingat di terminal bis Baranangsiang Bogor atau Terminal bis Kebon Kalapa Bandung banyak dijual Dodol Garut dengan kemasan khas didominasi warna pink. Bagaimana dengan oleh-oleh made in Garut zaman sekarang? Sangat mengagumkan kemasannya bagus, modern, produkpun tak hanya dodol murni tapi juga dodol aneka rasa buah dan dodol dilapis coklat. Merk dagangnyapun tak kalah menarik, simak nama Chocodot dan Chokor dengan tampilan kemasan seperti coklat Van Houten atau coklat keluaran Belgia. Dodol made in Garut yang semalam saya peroleh dari istri saya sepulang dari Garut, selain Chocodot dan Chokor, juga ada Dodol rasa Durian, Dodol aneka rasa dengan kemasan warna warni dan terkesan cerdas. Chocodot, chocolate with dodol Garut, demikian tertulis di bungkus Chocodot yang begitu pertama melihat langsung berimajinasi bahwa barang itu adalah coklat batangan semacam Van Houten.  Memang Chocodot adalah coklat campur dodol atau dodol dibungkus coklat.  Rasanya dominan coklat dan masih terasa legit-legit dodolnya. Bungkus Chocodot juga seperti disengaja mempromosikan potensi wisata daerah Garut, ada yang menampilkan edisi Jeruk Garut - bergambar Jeruk Garut yang pernah berjaya tahun 1950an-1960an -, edisi Gunung Haruman - bergambar sebentuk gunung -, edisi Gunung Talaga Bodas - bergambar telaga -.  Chocodot pun dijual dalam versi dark chocolate dan white chocolate. Chokor adalah coklat korma, diberi nama Chokor mungkin agar lebih 'nginggris' karena kalau ditulis cokor tak eloklah, itu artinya kaki dalam bahasa Sunda kasar.   Rasa Chokor tetap dominan rasa coklatnya dan rasa korma dan dodol samar-samar masih terasa. Ajiblah ! [caption id="attachment_268360" align="aligncenter" width="398" caption="Dodol Aneka Rasa (Dok. HendiS)"]

13714230521830885113
13714230521830885113
[/caption] Dodol diolah dan dikemas dengan cita rasa kelas atas ini juga ada yang tetap dijual dengan nama Dodol, sebut saja Dodol rasa durian, Dodol rasa aneka, rasa jahe madu, rasa susu, rasa wijen, rasa korma, rasa mocca dan sebagainya.   Kemasan dodol aneka rasa pun sangat menarik, ada yang dikemas dalam bentuk kotak sedang, ada yang dikemas dalam kantung-kantung unik dengan dodol dibungkus seperti permen atau coklat batangan kecil. Kemasan unit, cantik dan cerdas -menurut penglihatan saya- pastilah menarik peminat lebih banyak dibanding Dodol Garut tradisional tahun 1970an.  Hanya saja ada rasa unik, ada kemasan cantik tentu ada harga juga.  Harga Chokor Rp 10 ribu/buah, Chocodot Rp 16 ribu/buah, Dodol aneka rasa Rp 20 - 22 ribu/kantung, dodol rasa Durian yang paling mahal. Saya memang terlambat tahu perubahan wujud Dodol Garut, yang sekarang kesannya buatan pabrik profesional, terkesan berkualitas, buat saya pribadi rasa Dodol Garut versi sekarang lebih cocok di lidah dibanding Dodol Garut tahun 1970an.  Ya sudah cobain deh Chocodot, cokor eh maap Chokor dan Dodol aneka rasa atau mau dijadikan buah tangan untuk tamu dari luar Jawa Barat dan tamu dari luar negeri juga sangat pantas kok.  Dua jempol untuk produk inovatif entrepreneur Garut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun