Anomali seringkali kita temui dalam hidup kita. Anomali iklim, sudah waktunya musim hujan masih juga hujan tak turun. Dalam dunia olahragapun ada anomali kejagoan atas sebuah cabang olahraga tertentu yang dikuasai oleh segolongan ras tertentu atau negara tertentu.
Saya akan coba menyusun daftar anomali kejagoan seseorang yang berasal dari luar komunitas olahragawan yang biasanya secara tradisi memang menguasai cabang olahraga tertentu:
Robert Fischer atau Bobby Fischer adalah pecatur Amerika Serikat yang mampu menggoyahkan dominasi pecatur Uni Sovyet, terlihat kehebatannya dalam dwitarung meolawan Boris Spasky pada tahun 1072. Sayang dia terlalu eksentrik, dia hanya mau bertarung dengan format kemauannya sendiri, dwitarung tanpa batas sampai ada selisih tertentu. Saat itu konsep tersebut belum bisa disetujui FIDE. Bobby Fischer adalah pecatur dengan Elo rating tertinggi sepanjang masa -saya belum baca informasi bila hari ini ada pecatur lain yang berhasil mengungguli Elo rating Bobby Fischer-
George Weah atau nama lengkapnya George Manneh Oppong Ousman Weah , pesepakbola asal Liberia, Afrika. Pemain bola terbaik FIFA tahun 1995, menurut pengamatan saya juga sebuah anomali, biasanya pesepakbola terbaik dunia berasal dari Eropa atau Amerika Selatan. Dia juga satu-satunya pesepakbola terbaik dunia yang tak pernah ikut Piala Dunia, karena negaranya tak pernah lolos ke putaran final Piala Dunia.
Sebastian Coe, pelari jarak menengah, 800m dan 1500 m, asal United Kingdom. Ia mendominasi kejuaraan lari jarak menengah pada Olimpiade 1980 dan 1984, dengan merebut medali emas untuk jarak 1500 meter. Pada zamannya ia bersaing ketat dengan teman senegaranya bernama Steve Ovet, yang sama-sama berkulit putih. Walaupun tak terlalu telak anomalinya, dibanding juara lari kelas menengah setelah zaman Coe dan Ovet, biasanya lari jarak menengah dikuasai oleh pelari-pelari berkulit hitam.
Yayuk Basuki, petenis putri Indonesia 1990-an, mungkin terbaik di Indonesia sampai saat ini. Yayuk sebagai pemain tunggal pernah lolos sampai Perempat Final Wimbledon 1997. Luar biasa untuk olahraga yang biasanya didominasi orang-orang Amerika, Eropa dan Australia.
Prakash Padukone, pebulutangkis India tahun 1970-an. Tampak menonjol sendirian tanpa kawan dari India, Prakash tergolong pemain papan atas dunia di jamannya, seolah-olah terselip diantara dominasi pemain Indonesia dan China yang baru bangkit kembali. Prakash merupakan orang India pertama yang menjuarai All England tahun 1980, setelah mengalahkan Lim Swie King jagoan asal Indonesia. Bisa-bisanya Prakash menerobos dominasi pebulutangkis Asia dan Eropa saat itu, rupanya dia banyak berlatih di Denmark, negara bulutangkis yang pernah melahirkan pemain legendaris seperti, Erland Kops, Svend Pri atau Sven Andersen, Flemming Delft dan Morten Frost Hansen, yang kadang-kadang dipelesetkan anak-anak Jakarta menjadi Roy Marten Frost Hansen.
Masih ada anomali kejagoan para olahragawan dan olahragawati, silakan tambahkan, mungkin yang anda ketahui lebih banyak daripada yang saya tulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H