Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Foke-Nara Belum Tentu Kalah

19 Juli 2012   06:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi - Ahok Juara Putaran Pertama

Ibarat pertandingan sepakbola, putaran kedua pemilihan Gubernur DKI Jakarta dapat dianalogikan sistem home and away, laga kandang dan tandang.   Pada putaran pertama LSI (LSI yg lembaga atau lingkaran?) meramalkan Foke - Nara akan menang dalam satu putaran.  Di pihak lain pasangan Jokowi - Ahok ramai dijagokan sebagai kuda hitam dalam turnamen pemilihan Gubernur ini.  Ramalan banyak pihak sebagian besar terbukti Jokowi - Ahok sebagai kuda hitam, sebagai underdog dibanding juara bertahan ternyata memimpin klasemen sementara, diikuti oleh sang juara bertahan di urutan kedua, selanjutnya berturut-turut diikuti oleh Hidayat - Didik, Faisal - Biem, Alex - Nono dan Hendardji - Riza.   Apa boleh buat PKS dan Golkar kali ini kalah telak tidak berhasil masuk final, bahkan Golkar dikalahkan calon independen yang hanya didukung fotokopi KTP dan tandatangan warga.

Bagaimana pertandingan di putaran dua nanti pada bulan September ?  Masih dua bulan lagi, masih banyak waktu untuk menyiapkan diri lebih baik, menyerang kelemahan lawan, memoles kelebihan diri, mendekati warga pemilik suara, mendekati partai untuk berkoalisi, melepas intrik dan issue, menggugat ke Mahkamah Konstitusi supaya turnamen pemilihan Gubernur DKI ditetapkan satu putaran saja dan manuver-manuver lainnya.  Kali ini pihak Foke - Nara sebagai juara bertahan ibarat dalam pertandingan kandang, akan jauh lebih waspada menghadapi kehebatan Jokowi-Ahok menggoyang warga Jakarta.

Akan mudahkah Jokowi-Ahok sebagai pemenang babak penyisihan dan bertanding ulang melawan runner up babak penyisihan yang berstatus juara bertahan?  Kali ini posisi underdog berbalik menjadi milik Foke-Nara dan Jokowi-Ahok menjadi calon yang diunggulkan penonton.  Hasil quick count menurut Lembaga Survei Indonesia adalah:
1. Foke-Nara 33,57%
2. Hendardji-Riza 2,05%
3. Jokowi-Ahok: 42,74 %
4. Hidayat-Didik: 11,96 %
5. Faisal-Biem: 4,94 %
6. Alex-Nono: 4,74 %

Jokowi Berpeluang Menuntaskan Jabatan Walikota Solo

Secara gampang-gampangan tampaknya Jokowi - Ahok akan mampu mengumpulkan suara 50% plus.  Yaitu perolehan suara dari pendukung di babak penyisihan + pendukung baru yang namanya pada putaran pertama belum masuk DPT + sebagian suara dari pendukung calon gubernur yang kalah di putaran pertama.

Sebaliknya Foke-Nara punya peluang untuk menarik mayoritas suara pendukung Hidayat-Didik, Alex-Nono dan sebagian suara pendukung Faisal - Biem dan Hendardji - Riza.  Masih ada peluang menghimpun suara pemilih 50% plus.

Sebagai underdog, pasangan Foke - Nara mendapat tekanan, cacian, cemoohan dari para pendukung Jokowi - Ahok di media dan sosial media, hal ini bukannya tak diketahui oleh rakyat Jakarta yang sebagian besar merupakan massa mengambang rata-rata melek informasi sekalipun tinggal di kampung-kampung.   Lihat saja tekanan bertubi-tubi dari Kompasianer pendukung Jokowi-Ahok, lalu ada issue yang digoreng tentang janji-janji tersembunyi terkait  kemudahan pendirian gereja bila Jokowi-Ahok terpilih, belum lagi exit polling terhadap warga Jakarta keturunan Tionghoa yang diberitakan TEMPO Interaktif 100% memilih Jokowi - Ahok.

Tekanan bertubi-tubi di media, sosial media, penggorengan issue SARA sampai exit polling terhadap warga keturunan Tionghoa, pasti akan berpengaruh pada massa mengambang.  Bila hatinya tersentuh bukan tak mungkin akan menimbulkan perlawanan balik, bukankah sah saja seseorang memilih calon gubernurnya berdasarkan asal usul dan agama disamping melihat janji-janji pembangunan fisik kota Jakarta.  Pola memilih seperti ini saya yakin digunakan oleh kedua pihak yang bertarung.  Ingat issue SARA tidak harus berbentuk penghinaan, bahkan berita yang seharusnya bersifat netralpun bisa saja dinterpretasikan mengandung SARA, misalnya soal exit polling yang disebutkan di depan.

Tampaknya sulit bagi Jokowi-Ahok untuk memenangi 65% atau lebih suara pemilih, saya cenderung menebak bilapun menang Jokowi-Ahok mungkin  meraih 50 - 60% saja.   Tak tertutup kemungkinan bila Foke - Nara dapat mempengaruhi emosi rakyat Jakarta di kampung-kampung dengan issue tertentu, akan terjadi pembalikan arah pemilih ke arah Foke - Nara.

Saya berpendapat tak mudah Jokowi - Ahok mengalahkan Foke - Nara.  Masih terbuka kemungkinan Jokowi kembali ke Solo untuk menuntaskan jabatan Walikotanya sampai tuntas 5 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun