"Nenek moyangmu pasti penduduk asli Amerika", demikian dikatakan seorang Letnan Polisi Amerika Serikat berkulit hitam melihat sikap keras temannya yang berkulit putih, juga seorang polisi, terhadap para imigran gelap yang tertangkap oleh polisi. Peristiwa ini hanya sebuah adegan film yang saya tonton di sebuah stasiun TV Indonesia, namun cukup dalam makna ucapan Letnan Polisi keturunan Afrika itu. Pada sebuah berita atau artikel, di Australia ada juga kelompok penduduk Australia yang membenci imigran Muslim, yang mudah dikenali dari postur tubuh dan lebih-lebih dari hijab yang dikenakan Muslimah untuk menutupi rambut dan bagian yang tidak diperkenankan terbuka oleh ajaran Islam. "Go back to your country", pulang lu ke negerimu, demikian ujar salah seorang diantara penduduk kulit putih Australia meneriaki seorang Muslimah, seperti saya baca di sebuah artikel. Andaikata saat itu ada penduduk Austraia pendukung #illridewithyou, mungkin ia akan balas meneriaki "Kakek moyangmu pasti penduduk asli Australia", he he he. Sebagai sebuah negara Amerika Serikat dan Australia mempunyai kesamaan, merupakan negara makmur yang penghuninya mayoritas kaum imigran dan keturunannya. Dalam situasi ketakutan dan ketidakpastian, warga Australia bersatu menunjukkan dukungan mereka kepada warga Muslim melalui twitter dengan hashtag #illridewithyou. Sampai Senin malam waktu Australia hampir 120.000 tweets dengan hashtag #illridewithyou untuk melawan sentimen anti Muslim yang sempat mengemuka dengan peristiwa penyanderaan di Lindt Chocolat cafe, Martin Place, Sydney. Berita mengharukan ini dimuat The Sydney Morning Herald (SMH), 16 Desember 2014, pukul 11.33 pagi ini dan juga diberitakan pelbagai media di Indonesia termasuk Kompasiana. Simak pula betapa mengharukan sikap seorang wanita muda asal Brisbane, Rachel Jacobs, ketika ia melihat seorang yang ia duga wanita Muslimah dalam kereta api diam-diam mencopot hijabnya, tulis Rachel. Saya kejar dia. "Pakai lagi! Saya akan jalan bersama anda". Ia menangis dan memeluk saya sejenak, lalu ia pergi. Kisah ini dikutip SMH dari laman facebook Rachel Jacobs. Pesan yang sangat mengharukan ini menginspirasi banyak orang untuk menunjukkan simpati mereka pada warga Muslim, terutama Muslimah: "If you [regularly] take the #373 bus b/w Coogee/MartinPl, wear religious attire & don't feel safe alone: I'll ride with you," tulis Tessa Kum seorang editor TV Sydney, salah seorang pembaca pesan di laman facebook Rachel Jacobs. Dukungan warga Australia untuk melindungi warga Muslim patut dihargai, mereka menggunakan akal sehat menilai peristiwa penyanderaan yang dilakukan oleh seorang imigran asal Iran bernama Man Haron Monis, sebagai perbuatan pribadi atau kelompok, namun bukan mewakili sikap dan perilaku kaum Muslimin. Thank you mate!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H