Mohon tunggu...
Hendi
Hendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa underrated

Saya orangnya doyan berfikir, entah hal apapun yang menurut saya mengganjal mesti difikirkan sampai kepala berasap (Kalau bahasa orang sekarang tuh "Overthinking". Nah maka dari itu daripada saya hanya mendapatkan hasil berupa sakit kepala doang, mending saya salurkan isi fikiran saya tersebut ke media massa hehe.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lemahnya Kualitas Konservasi Orangutan: Apa yang Salah?

6 Januari 2023   08:50 Diperbarui: 6 Januari 2023   08:50 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayi Orang Utan di International Animal Rescue Centre, Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia.

Orangutan adalah salah satu jenis primata yang terdapat di Asia Tenggara, terutama di hutan-hutan Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra di Indonesia. Orangutan merupakan salah satu jenis primata terbesar di dunia, dengan tinggi tubuh yang bisa mencapai 2,5 meter dan berat yang bisa mencapai 100 kilogram. Orangutan memiliki rambut yang tebal dan panjang yang berwarna coklat kemerahan atau coklat kehitaman, serta memiliki wajah yang lebar dengan jenggot yang tebal. Orangutan merupakan primata yang terkenal dengan kecerdasannya yang tinggi, dengan kemampuan untuk membuat dan menggunakan alat sederhana seperti tongkat atau bambu untuk mencapai makanan yang tersedia. Orangutan merupakan satwa yang terancam punah karena degradasi habitat, perambahan hutan, dan perdagangan illegal orangutan.

Konservasi orangutan di Indonesia menjadi salah satu topik yang cukup kontroversial. Segelintir permasalahan terkait konservasi orangutan yang mengakibatkan terancamnya eksistensi orangutan tersebut, kemudian menyita perhatian yang cukup serius baik bagi pihak organisasi internasional maupun pemerintah Indonesia itu sendiri. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), orangutan di Pulau Sumatra tergolong dalam kategori "Kritis Terancam" (Critically Endangered), sedangkan orangutan di Pulau Kalimantan tergolong dalam kategori "Terancam" (Endangered). Hal tersebut menandakan bahwa orangutan di kedua pulau tersebut memiliki risiko tinggi untuk punah jika tidak dilakukan tindakan konservasi yang efektif.

Menurut data yang dipublikasikan oleh IUCN, jumlah orangutan di Pulau Sumatra menurun sebesar 50% sejak tahun 1985 hingga 2015, sedangkan jumlah orangutan di Pulau Kalimantan menurun sebesar 20% sejak tahun 1993 hingga 2015. Penurunan jumlah orangutan di kedua pulau tersebut disebabkan oleh degradasi habitat, perambahan hutan, dan perdagangan illegal orangutan.

Dari beberapa data di atas, berikut adalah kritik yang mungkin dapat saya sampaikan terkait konservasi orangutan di Indonesia:

  • Kebijakan konservasi yang tidak efektif: Beberapa kritik juga menyebutkan bahwa kebijakan konservasi orangutan di Indonesia masih terlalu lemah dan tidak menyentuh masalah-masalah fundamental yang mempengaruhi keberlangsungan hidup orangutan, seperti degradasi habitat, perambahan hutan, dan perdagangan illegal orangutan. Program konservasi orangutan di Indonesia seringkali tidak terintegrasi dengan upaya pengelolaan sumber daya alam lainnya, seperti hutan, air, dan tanah. Hal ini dapat menyebabkan konflik dengan kepentingan pengelolaan sumber daya alam lainnya dan mengurangi efektivitas program konservasi orangutan.
  • Kurangnya dukungan finansial: Konservasi orangutan memerlukan biaya yang cukup besar, termasuk biaya pengelolaan habitat orangutan, pelatihan kembali orangutan ke habitat alamiah, dan program-program penyuluhan kepada masyarakat setempat. Namun, banyak program konservasi orangutan di Indonesia yang masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan dukungan financial yang cukup. Hal ini dapat menyebabkan program konservasi orangutan tidak dapat berjalan dengan optimal dan mengurangi keberhasilannya. Dukungan financial yang terbatas juga dapat menyebabkan program konservasi orangutan tidak dapat memperluas jangkauannya ke daerah-daerah lain yang membutuhkan bantuan. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan financial yang cukup dari berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga nirlaba, organisasi internasional, dan masyarakat pada umumnya, agar program konservasi orangutan dapat berjalan dengan optimal dan dapat memberikan dampak yang lebih luas.
  • Kurangnya partisipasi masyarakat: Konservasi orangutan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat setempat. Namun, seringkali masyarakat tidak merasa terlibat atau tidak memahami pentingnya peran mereka dalam upaya konservasi orangutan. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memahami atau bahkan merasa tidak setuju dengan program konservasi orangutan, sehingga mengurangi dukungan masyarakat terhadap program tersebut. Masyarakat setempat juga merupakan pemegang hak atas sumber daya alam yang ada di daerah mereka, sehingga penting untuk memperhatikan kepentingan dan hak-hak mereka dalam program konservasi orangutan. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya peran orangutan dalam ekosistem, serta menyediakan mekanisme bagi masyarakat untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang program konservasi orangutan.
  • Penggunaan metode yang kurang etis: Orangutan merupakan spesies yang memiliki hak yang sama dengan manusia untuk tidak di-subjected pada penyiksaan atau pemaksaan, serta harus dihargai dan dilindungi demi keberlangsungan hidup spesies tersebut. Penggunaan metode yang kurang etis dapat menyebabkan cedera atau bahkan kematian pada orangutan, sehingga tidak dapat diterima dalam upaya konservasi. Selain itu, penggunaan metode yang kurang etis dapat merusak habitat alamiah orangutan, yang merupakan tempat tinggal orangutan dan merupakan faktor penting dalam keberlangsungan hidup spesies tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa metode yang digunakan dalam konservasi orangutan sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan tidak merugikan keberlangsungan hidup orangutan.
  • Kurangnya koordinasi antar lembaga: Konservasi orangutan merupakan upaya yang melibatkan berbagai lembaga, seperti pemerintah, lembaga nirlaba, dan lembaga internasional. Namun, seringkali terdapat kurangnya koordinasi antar lembaga dalam upaya konservasi, sehingga program-program yang dilakukan tidak terintegrasi dengan baik dan tidak terarah ke tujuan yang sama. Kurangnya koordinasi juga dapat menyebabkan terjadinya duplikasi program atau bahkan konflik kepentingan antar lembaga. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa terdapat koordinasi yang baik antar lembaga dalam upaya konservasi orangutan, agar program-program yang dilakukan dapat terintegrasi dengan baik dan terarah ke tujuan yang sama. Koordinasi yang baik juga dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi upaya konservasi orangutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun