Di tengah berkembangnya perekonomian 5.0 di iringi pula dengan berkembang nya era digitalisasi yang semakin berinovasi. Menjadikan dampak internet salah satunya membawa banyak perubahan dalam  dunia saat ini, terutama dalam sektor perekonomian. Kegiatan perekonomian yang awalnya di lakukan dengan berdagang secara tradisional,bentuk transaksinya nyata, penjual dan pembeli berinteraksi secara langsung, tapi tidak untuk saat ini sudah mulai mengikuti arus perkembangan zaman "trend" yakni dengan jual beli online yang di dukung dengan tersedianya layanan platform seperti Shopee,Tokopedia,Lazada dan Tik tok shop yang baru-baru ini menjadi isu populer di tengah-tengah masyarakat tentunya dalam dunia ekonomi. Selain itu dengan adanya internet juga merubah suatu pola gaya hidup umat saat ini (Life style) terutama dalam perilaku konsumtif berbelanja online " Online Shopping Fashion ".
Kalangan remaja indonesia saat ini sebagai "generasi Z "lebih suka menjiplak hidup ke barat-baratan. Hedonisme menjadi prioritas utama dalam setiap individu, Ditambah lagi dengan di permudahnya akses berbelanja online dengan penawaran platform digital yang tertuang dalam aplikasi Shopee, Lazada, Tokopedia, dan Tik Tok Shop sebuah situs jual beli online yang baru-baru ini booming di perbincangkan (trending topic). Banyak warga Indonesia terutama remaja "genZ" saat ini bisa di katakan dominan ber berbelanja dalam memenuhi kebutuhannya dengan bertransaksi secara online. Dengan alasan mereka tidak perlu panas-panasan keluar rumah, berdesak-desakan untuk ngantri, bayar ongkos ojek ke pasar, di tambah kalau belanja online banyak potongan harga dan berbagai macam alasan lainnya yang tertuang dalam argumentasi setiap individu sebagai pengguna aplikasi sosial E-Commerce tersebut.
Umumnya remaja "genZ" saat ini melakukan belanja online bukan didasarkan pada memenuhi kebutuhan-nya semata. Melainkan demi kesenangan dan gaya hidup, sehingga menyebabkan seseorang menjadi boros atau yang lebih dikenal dengan istilah perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif sendiri merupakan sebuah perilaku atau tindakan seseorang secara berlebih-lebihan dalam membelanjakan uangnya atau bisa di katakan pembelian tidak berencana, hal ini marak terjadi di kalangan remaja saat ini mereka membelanjakan uangnya secara tidak rasional. Mereka membelanjakan uangnya hanya sekedar untuk mendapatkan barang-barang yang menurut anggapan atau pandangan mereka dapat menjadi simbol keistimewaan. Perilaku konsumtif yang seperti ini hanya untuk mencapai kepuasan maksimal dalam dirinya dan mengedepankan gengsi demi memperlihatkan status sosial, Seperti halnya dalam belanja seperti baju, celana dan barang-barang barandit lainnya dan kekinian, yang seharusnya seseorang hanya membeli barang ala kadarnya yang awal memang diperlukan dan dibutuhkan saja, akan tetapi tidak dengan remaja saat ini mereka cenderung membeli barang yang di inginkan bahkan bisa dikatakan tidak dibutuhkan yang mana hanya untuk memenuhi kepuasan hasrat(nafsu) mereka dan life style.
Selanjutnya tanpa kita sadari saat ini perilaku konsumtif WNI sudah ada di genggaman negara asing melalui Tik tok shop. Di mana terjadi pengambilan data, data yang di maksud dalam hal ini adalah data seperti kebiasaan kita dalam mengkonsumsi suatu barang, apa yang sering kita beli, barang seperti apa yang kita butuhkan serta barang apa yang kita suka atau kita minati. Semua data-data tersebut dibaca dan di ambil oleh pemilik aplikasi tik tok shop dan setelah itu data tersebut di jual kepada negara asing dengan harga yang cukup fantastis. Kemudian negara yang membeli data tersebut tau apa yg menjadi minat warga Indonesia saat ini terutama remaja "generasi Z", setelah itu mereka menciptakan suatu prodak sesuai minat konsumen dari data yang di peroleh tersebut secara besar-besaran, setelah siap prodak tersebut di luncurkan serta di jual langsung melalui tik tok shop tanpa melalui pihak distributor dan di jual dengan harga murah. Nah di sini terdapat permainan dan penguasaan terhadap harga pasar atau bisa di sebut dengan predatory pricing dimana suatu prodak di jual dengan harga murah di bawah HPP, belum lagi konsumen mendapatkan potongan harga saat berbelanja live di tik tok, sudah harganya murah masih dapat potongan harga, tentunya UMKM dan industri lokal dalam negeri yang berjualan offline tidak mampu bersaing. Hal ini sangat miris sekali, secara tidak langsung negara Indonesia di jajah sedikit demi sedikit perekonomiannya. Sehingga pemerintah langsung sigap menangani hal tersebut. Itupun pemerintah terlambat mengatasi problem ini, yang sebelumnya tidak ada tata aturan ruang dan batas dalam pengoperasian aplikasi tersebut.
Dengan fenomena yang terjadi ini tentunya membuat industri dalam negeri ciut dan banyak industri yang hampir bangkrut, seperti industri tekstil di Jawa Barat yang nyaris gulung tikar karena mereka tidak mampu bersaing dalam harga pasar akibat fenomena tersebut, meskipun industri dalam negeri berupaya untuk tetap memproduksi barang, mereka tidak akan mendapatkan hasil dari produksinya, karena konsumen sudah terpaku dan tergiur dengan prodak yang di tawarkan di tik tok shop dengan harga di bawah HPP. di tambah lagi dengan penduduk WNI terutama kalangan "genZ" yang lebih dominan cekout barang di tik tok shop dengan alasan harga  murah di tambah diskon besar-besaran, perlu di ketahui bahwasannya di mana prodak yang terpapar di tik tok shop dominan barang asing awalnya memang barang lokal namun lambat laun produk asing mulai masuk bisa di katakan saat ini 90 % selebihnya produk lokal, secara tidak langsung saat ini kita lebih banyak mengkonsumsi produk asing dari pada produk lokal, padahal di tahun 2021 pemerintah menggaungkan agar kita lebih mencintai produk lokal dari pada produk asing (impor). Jika fenomena ini di biarkan tanpa adanya tindakan regulasi dari pemerintah tentunya hal ini dapat menjadikan kegiatan UMKM stagnan, mengingat kembali UMKM lah yg menyelamatkan perekonomian RI tetap tegak saat covid-19. Negara lain close ekspor/impor, perekonomian tidak stabil, akan tetapi di Indonesia dengan adanya UMKM pada saat itu perekonomian tetap bertahan tegak. jadi dapat di simpulkan bahwa UMKM sangat berperan penting dalam sebuah perekonomian negara karena perputaran uang bersifat transparan dalam artian terlihat secara jelas akan perputaran uang di dalam negeri. Maka dari itu cukup tepat  pemerintah menutup tik tok shop. Lebih tepatnya bukan di tutu tapi di regulasi yakni adanya penataan di mana pemisahan antara sosmed dengan sosial E-Commerce. Karena pemerintah menganggap selain perilaku konsumtif WNI terutama kelangan "genZ" di kendalikan oleh negara asing, hal tersebut tentunya dapat mengalahkan industri yang ada di dalam negeri yang tidak mampu bersaing dalam harga pasar, serta dapat mematikan UMKM dan berakibat fatal terhadap perekonomian RI dalam jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H