Mohon tunggu...
HDS
HDS Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia biasa

Mari terus belajar...;-)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selesaikan Masalah Kesehatan Lingkungan Dengan STBM!

2 Oktober 2012   13:18 Diperbarui: 4 April 2017   16:13 2400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berbicara mengenai kesehatan tentu tidak bisa terlepas dari kondisi lingkungan, karena lingkungan merupakan tempat hidup dan tempat manusia melakukan aktivitasnya sehari-hari, sehingga lingkungan dan kesehatan manusia memiliki kaitan yang sangat erat. Demikian juga menurut konsep L. Bloom, yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status kesehatan, selain perilaku, palayanan kesehatan, dan faktor keturunan.

Untuk itu, perhatian terhadap lingkungan merupakan hal yang mutlak untuk terus dikerjakan agar terciptanya lingkungan yang sehat guna meningkatkan status kesehatan masyarakat. Sanitasi lingkungan yang buruk secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan masalah kesehatan. Misalnya dampak langsungnya adalah terkena penyakit kulit dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), dan dampak tidak langsungnya  adalah misalnya saat mengambil air yang jauh dari tempat tinggalnya berisiko digigit nyamuk malaria atau yang lainnya.

Peningkatan kualitas sanitasi lingkungan merupakan salah satu langkah yang penting untuk menyelesaikan masalah kesehatan berbasis lingkungan. Hal ini sesuai dengan hasil publikasi WHO tahun 2007, yang menyatakan bahwa kejadian diare menurun 32%, dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga.

Pembenahan pada lingkungan bukan merupakan perkara mudah, seperti membalikkan telapak tangan, namun merupakan permasalahan yang rumit dan kompleks, karena selalu menghadapi tantangan, baik dari dalam  maupun dari luar masyarakat. Tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah adalah masalah sosial budaya dan perilaku masyarakat, seperti Buang Air Besar di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan higienis lainnya.

Dalam rangka pembenahan terhadap lingkungan, pemerintah mencanangkan strategi nasional Sanitasi total Berbasis Masyarakat, atau yang lebih dikenal dengan nama STBM. STBM adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya. Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di timbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB di sembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.

Program STBM ini dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI dan pada bulan September 2008 STBM dikukuhkan sebagai Strategi Nasional melalui Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008. Strategi ini menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi yang terkait dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat.

Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.Sedangkan indikator output-nya adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF), setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar,setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar, dan setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

Adapun tujuan STBM adalah untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan, memberdayakan hidup bersih dan sehat, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian MDG’s tahun 2015. Program nasional STBM ini dikhususkan untuk perubahan perilaku masyarakat dengan metode pemicuan, sehingga program ini adalah program yang berbasis masyarakat, yang tidak memberikan subsidi bagi rumah tangga. Pemicuan ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif dan analisa secara parsitipatif yang bebas dan jujur.

Dalam strategi nasional STBM, peran masyarakat menjadi sangat vital, karena masyarakat menjadi pemeran utama dalam menyelesaikan permasalahan sanitasi lingkungan. Hal ini dikarenakan masalah sanitasi lingkungan merupakan tanggung jawab masyarakat, bukan pihak lain. Selain itu, masyarakat juga berperan dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi, yang merupakan bagian penting dalam keberhasilan sebuah program.

Beberapa hal yang membedakan program STBM dengan program-program lainnya, yaitu yang pertama, prinsip yang digunakan dalam metode STBM adalah target, bukan pada pembangunan sarana, tetapi menghilangkan “open defecation”, adanya variasi teknologi yang luas dan sedapat mungkin menggunakan material lokal sehingga sesuai jangkauan kemampuan seluruh lapisan masyarakat dan prinsip tanpa subsidi untuk meyakinkan bahwa masalah sanitasi adalah masalah masyarakat, bukan masalah pihak luar.

Yang kedua, aspek-aspek utama yang ditonjolkan dalam metode STBM adalah pemberdayaan dengan cara menimbulkan spirit dan semangat kemandirian, keterlibatan berbagai pihak dalam berbagai bentuk promosi seperti masyarakat, laki-laki, perempuan, orangtua, anak, kaya miskin, tokoh masyarakat, tokoh agama, guru, pemerintah daerah, dan NGO, aspek replikasi sebagai akibat kebanggaan masyarakat.

Yang ketiga, yaitu adanya faktor-faktor penyebab keberhasilan pendekatan STBM yaitu pendekatan dan metode yang tepat dalam upaya mengubah perilaku dengan menggunakan hal-hal yang dapat dipahami masyarakat secara langsung, peran berbagai stakeholder dalam mendukung replikasi/penyebaran, dan fleksibilitas program yang memungkinkan masyarakat berkembang secara ‘alamiah’ tanpa beban normatif seperti biaya cicilan (untuk revolving), standar jamban dan lain-lain.

Dengan menyadari kekuatan program STBM ini, kiranya memberi motivasi yang besar bagi tenaga-tenaga kesehatan dalam mensukseskan strategi nasional STBM tersebut dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah kesehatan berbasis lingkungan, guna meningkatkan status kesehatan masyarakat. Dengan demikian permasalahan lingkungan bukan merupakan hal yang mustahil untuk diselesaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun