Perkembangan zaman yang semakin pesat menjadikan semua bidang kehidupan tidak terlepas dari teknologi yang terus berkembang pula. Perkembangan teknologi menjadi hal yang selalu menarik untuk dibahas karena mencakup ranah yang semakin luas dan beragam. Salah satu teknologi yang menarik untuk dibahas adalah penggunaan VR (virtual reality) dan AR (augmented reality).
Penggunaan VR (virtual reality) dan AR (augmented reality) sudah mulai sering terdengar di berbagai kalangan. Kebanyakan orang mengenal istilah VR dan AR pada games atau media hiburan lainnya. AR dan VR merupakan hal yang berbeda, AR (augmented reality) tidak seperti VR (virtual reality) yang sepenuhnya menggantikan dunia nyata dengan lingkungan virtual, AR hanya sekedar memperkaya atau melengkapi dunia nyata dengan elemen digital tambahan.
Belum banyak orang mengetahui bahwa penggunaan VR dan AR bisa jauh lebih luas dari dunia hiburan semata. Perkembangan teknologi pada VR dan AR sudah mulai diimplementasikan di bidang-bidang lain, termasuk di dunia kesehatan. Sebagai seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, penulis tertarik dengan perkembangan teknologi berupa VR dan AR serta implementasinya di bidang kedokteran gigi. Dalam dua dekade terakhir, terjadi kemajuan teknologi yang berdampak besar pada bedah gigi. Khususnya penggunaan sistem VR yang telah memungkinkan mahasiswa dan dokter gigi untuk merasakan sensasi sentuhan yang realistis dalam berbagai prosedur kedokteran gigi.
Pada bidang kedokteran gigi, penggunaan VR dan AR mulai digunakan sebagai media pembelajaran pada pendidikan sarjana kedokteran gigi dan dokter gigi umum. Pada artikel yang diterbitkan oleh Jurnal Pendidikan Kedokteran Gigi Eropa menyatakan bahwa penggunaan VR pada peserta pelatihan bedah mulut dan maksilofasial melaporkan peningkatan kepercayaan diri saat menggunakan VR untuk praktik dibandingkan dengan metode konvensional. Pengetahuan peserta yang dilatih dengan aplikasi bedah VR juga lebih unggul dibandingkan yang berlatih dengan video dan foto 2D. Sedangkan, pada penggunaan AR di bidang kedokteran gigi menyamai metode konvensional. Apabila penggunaan simulasi konvensional digabungkan dengan AR akan meningkatkan realisme pengalaman peserta.
VR dan AR berpotensi besar untuk pembelajaran dalam kedokteran gigi. Namun, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan yang masih mencegah penggunaan dan aplikasi VR dan AR secara luas, seperti kurangnya uji coba, standardisasi, dan akreditasi sistem atau konten. Aplikasi VR dan AR paling berpotensi dalam bidang pendidikan kedokteran gigi, pembedahan, restorasi gigi, dan pengelolaan kecemasan pasien. Namun, literatur ilmiah yang membahas implementasi teknologi ini secara khusus dalam kedokteran gigi masih relatif terbatas, mengingat bahwa hal ini merupakan sesuatu yang baru dalam dunia kedokteran gigi.
Ketertarikan terhadap VR dan AR dalam pendidikan kedokteran gigi semakin besar karena dapat memberikan pengalaman belajar interaktif dan memiliki akses sepanjang waktu. Dengan perkembangan teknologi yang berkelanjutan dan dilakukannya berbagai uji dan standardisasi, diharapkan VR dan AR dapat menjadi masa depan yang cerah dalam dunia kedokteran gigi.
Penulis: Mahasiswa Universitas Airlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H