Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Kemenangan Kotak Kosong di Pilkada 2024: Refleksi Demokrasi dan Evaluasi Sistem Politik

3 Desember 2024   21:14 Diperbarui: 4 Desember 2024   06:16 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Kompas.id, Kamis, 26 September 2024 (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Selain kemenangan kotak kosong, Pilkada 2024 juga diwarnai oleh rendahnya tingkat partisipasi pemilih, yang hanya mencapai 68,16%. 

Angka ini jauh di bawah partisipasi dalam Pemilihan Presiden yang mencapai 81,78%. Rendahnya partisipasi ini menandakan kejenuhan masyarakat terhadap pilihan politik yang terbatas.

Tingginya suara untuk kotak kosong mencerminkan kegagalan partai politik dalam mengakomodasi aspirasi rakyat. fenomena ini juga sebagai kritik terhadap sistem penentuan pasangan calon kepala daerah yang terlalu terpusat pada rekomendasi pengurus pusat partai.

Dengan demikian, kemenangan kotak kosong menjadi evaluasi penting bagi partai politik untuk benar-benar menyerap aspirasi rakyat, bukan sekadar memberikan tiket pencalonan. Partai politik harus mempertimbangkan calon alternatif yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat, daripada mengedepankan kepentingan elit.

Makna Kemenangan Kotak Kosong bagi Demokrasi

Fenomena kotak kosong memberikan pelajaran penting bagi demokrasi di Indonesia. Pertama, kemenangan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin kritis dan tidak ragu menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap sistem politik yang ada. 

Kedua, kotak kosong menjadi bentuk protes terhadap oligarki politik dan minimnya alternatif yang ditawarkan kepada pemilih.

Namun, fenomena ini juga menimbulkan tantangan. Pemilihan ulang membutuhkan anggaran besar, sementara vakum kepemimpinan dapat menghambat pembangunan daerah. Untuk itu, reformasi sistem politik menjadi urgensi agar demokrasi tidak hanya berjalan secara prosedural, tetapi juga substansial.

Refleksi dan Harapan

Kemenangan kotak kosong di Pilkada 2024 memberikan tamparan bagi partai politik untuk lebih peka terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat. Reformasi dalam mekanisme pencalonan kepala daerah, termasuk membuka ruang bagi calon alternatif menjadi solusi yang patut dipertimbangkan.

Pada akhirnya, fenomena ini menggarisbawahi pentingnya demokrasi yang inklusif dan berorientasi pada rakyat. Reformasi partai politik agar lebih responsif terhadap aspirasi rakyat dan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat pada proses pemilihan kepala daerah di masa mendatang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun