Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku: Menavigasi Kekuasaan

19 Oktober 2024   12:24 Diperbarui: 19 Oktober 2024   12:24 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku: Menavigasi Kekuasaan. Penerbit Deepublish

Resensi Buku: Menavigasi Kekuasaan dan Tantangan Demokrasi Lokal Indonesia

Pilkada Serentak 2024 menjadi tonggak penting dalam perjalanan demokrasi lokal Indonesia. Seiring berkembangnya politik elektoral, pemilihan ini tidak lagi hanya menjadi ajang kontestasi kandidat, melainkan juga ruang bagi beragam dinamika politik dan kekuasaan untuk berinteraksi. 

Buku Menavigasi Kekuasaan: Tantangan Demokrasi Lokal dan Masyarakat Sipil dalam Pilkada Serentak 2024 menghadirkan perspektif mendalam mengenai berbagai fenomena politik yang terjadi dalam pilkada, termasuk populisme, politik dinasti, partai predator, dan politisasi identitas. 

Buku ini tidak hanya menganalisis tren politik yang muncul, tetapi juga mengajak pembaca untuk mempertimbangkan bagaimana demokrasi lokal dapat diperkuat di tengah tantangan tersebut.

Fenomena populisme dalam Pilkada Serentak 2024 menjadi salah satu isu sentral yang dibahas dalam buku ini. Kandidat populis cenderung memanfaatkan emosi publik untuk memperoleh dukungan, sering kali tanpa menawarkan program kerja yang jelas dan realistis. Ini menimbulkan kekhawatiran akan kualitas demokrasi, di mana politik menjadi ajang manipulasi emosi daripada penyelesaian masalah nyata. 

Strategi populisme juga tidak lepas dari fenomena predatory parties, yaitu partai politik yang hanya mengejar keuntungan ekonomi dan politik semata. Buku ini menyoroti bagaimana partai-partai ini membentuk koalisi pragmatis yang tidak didasarkan pada visi politik yang jelas, melainkan semata-mata untuk memenangkan pemilihan. Praktik ini mengancam upaya kaderisasi partai dan mendorong budaya politik transaksional yang memperlemah fondasi demokrasi.

Di sisi lain, politik dinasti menjadi ancaman bagi regenerasi kepemimpinan yang sehat. Keluarga dan kerabat dari pemimpin politik berusaha mempertahankan kekuasaan dengan memanfaatkan jalur formal pemilihan. Hal ini tidak hanya menunjukkan praktik politik yang tidak demokratis, tetapi juga mempertegas keberadaan oligarki dalam sistem politik Indonesia. 

Buku ini juga menyoroti strategi Machiavellian yang digunakan dalam mempertahankan kekuasaan, di mana cara-cara manipulatif dan tidak etis kerap digunakan untuk memenangkan pilkada. Tantangan lain yang dibahas dalam buku ini adalah pengaruh Jokowi Effect, yaitu bagaimana sosok Presiden Joko Widodo dapat mempengaruhi dinamika politik, baik melalui dukungan politik langsung maupun melalui kesamaan gaya kepemimpinan yang diadopsi oleh para kandidat.

Selain itu, buku ini juga mencermati berbagai ancaman terhadap netralitas dan integritas proses politik, seperti politisasi birokrasi dan kampanye hitam. Politisasi birokrasi merusak kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah, sementara kampanye hitam memperparah polarisasi politik di masyarakat. 

Fenomena politisasi identitas juga tidak dapat diabaikan, di mana isu-isu identitas sering kali dipakai untuk meraih dukungan politik, yang pada akhirnya memecah belah masyarakat. Praktik politik transaksional semakin memperlemah kepercayaan terhadap demokrasi, dengan dukungan politik yang dipertukarkan dengan keuntungan pribadi atau kelompok. Dalam konteks ini, fenomena politainment, atau penggunaan hiburan sebagai alat politik, menunjukkan bagaimana kualitas dialog publik semakin terabaikan demi meraih popularitas jangka pendek.

Fenomena “kotak kosong” dalam Pilkada juga menjadi bahasan yang menarik dalam buku ini. Fenomena ini mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pilihan kandidat yang ada, namun juga dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mengontrol hasil pemilihan tanpa secara eksplisit melanggar norma-norma demokrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun